Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Studi: Tai Chi Efektif Hilangkan Depresi dan Kecemasan pada Penderita Stroke

Redaksi
×

Studi: Tai Chi Efektif Hilangkan Depresi dan Kecemasan pada Penderita Stroke

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Tahukah Anda tentang Tai chi? Sejenis seni beladiri Cina kuno yang cukup terkenal di dunia. Tai chi atau Taijiquan juga termasuk ke dalam sebuah olahraga dan tarian yoga.

Kemarin (18/6/2021), Tai Chi  disebut-sebut pada EuroHeartCare – ACNAP Congress 2021, sebuah kongres ilmiah daring European Society of Cardiology (ESC).

Salah satu penulis, Dr. Ruth Taylor – Piliae dari Universitas Arizona, Tucson, Amerika Serikat, memaparkan hasil penelitiannya. Tai chi efektif bisa digunakan untuk mengurangi depresi, kecemasan dan stres serta memperbaiki kualitas tidur pada penderita stroke.

Berdasarkan studinya, sekitar sepertiga penderita stroke mengalami depresi. Mereka yang mengalami kecacatan dan kematian pasca stroke juga melaporkan kecemasan, stres dan kurang tidur.

Tai chi membantu penderita stroke mengatasi masalah tersebut dengan berfokus pada pelepasan ketegangan dalam tubuh, meningkatkan kesadaran dan efisiensi pernapasan, serta merelaksasi tubuh dan pikiran secara menyeluruh.

“Intervensi pikiran – tubuh biasanya digunakan orang dewasa untuk mengurangi gejala depresi,” katanya. “Latihan tai chi memungkinkan individu untuk menenangkan pikiran dengan berdiam diri di masa sekarang dan mengesampingkan emosi negatif yang tidak perlu, seperti depresi,” lanjutnya.

Penelitian ini menguji kelayakan penggunaan tai chi pada orang dengan stroke sebelumnya. Sebanyak 11 penderita stroke yang melaporkan gejala depresi menjadi obyek dalam penelitian ini. Rata-rata dari mereka berusia 70 tahun dan 55 persen di antaranya adalah laki-laki.

Mereka semua menghadiri kelas intervensi tai chi tiga kali seminggu dalam kurun waktu dua bulan. Setiap kelas terdiri dari pemanasan 10 menit, latihan tai chi 40 menit, dan pendinginan 10 menit. Peserta secara bertahap diajari 24 gerakan dasar tai chi.

Pengukuran dilakukan pada awal penelitian dan diulang setelah intervensi delapan minggu. Gejala depresi, kecemasan dan stres dinilai menggunakan kuesioner standar. Tidur dinilai pada malam hari menggunakan akselerometer triaksial, yang mendeteksi gerakan. Secara khusus, para peneliti memeriksa efisiensi tidur (persentase waktu yang dihabiskan untuk tidur), jumlah waktu terjaga setelah awalnya tertidur, dan total waktu terjaga setelah tidur.

Setelah delapan minggu tai chi, para peneliti mengamati pengurangan yang signifikan dalam gejala depresi, kecemasan, dan stres. Selain itu efisiensi tidur mereka menjadi lebih baik dan waktu bangunnya lebih sedikit.

Para peneliti juga mengambil sampel darah peserta selama delapan minggu untuk mengukur tingkat stres oksidatif dan peradangan yang sebelumnya dikaitkan dengan depresi pasca stroke. Hasilnya, setelah intervensi tingkat stres oksidatif peserta lebih rendah, tetapi tidak ada perubahan signifikan pada peradangan.

Meski dalam penelitian tersebut tai chi efektif menurunkan depresi, kecemasan dan stres, Dr. Taylor – Piliae mengatakan perlu adanya penelitian lebih lanjut. Sebab, ukuran sampel pada penelitian kali ini terbilang kecil dan kurangnya waktu pengamatan akibat pandemi.

“Kami berharap dapat melakukan uji coba secara acak dengan intervensi tai chi selama 12 minggu pada kelompok pasien yang lebih besar,” tutupnya.