Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Sudah Waktunya Bagi Perempuan Melawan Istilah Anti-Aging

Redaksi
×

Sudah Waktunya Bagi Perempuan Melawan Istilah Anti-Aging

Sebarkan artikel ini

Istilah anti-aging di industri kecantikan harus dihentikan.

BARISAN.CO – Banyak perempuan sering mendapatkan omongan kurang mengenakkan ketika wajahnya mulai keriput dan rambutnya beruban. Mereka dianggap tidak bisa merawat diri dan terlihat tua.

Sehingga, tak jarang di antara mereka memilih perawatan untuk memperbaiki hal yang dianggap “masalah” oleh masyarakat. Keriput dan uban adalah sesuatu yang normal apalagi saat seseorang menginjak usia lebih dari 40 tahun.

Ketakutan akan penuaan membuat industri anti-aging begitu laris. Diperkirakan, pasar anti-aging akan mencapai sekitar US$119,6 miliar pada tahun 2030.

Ketakutan akan penuaan memang bukan hal baru, tetapi hal itu tampaknya menjadi keasyikan yang lebih intens bagi generasi muda saat ini. Pada tahun 2018, sebuah laporan dari Royal Society for Public Health (RSPH) menemukan, kaum milenial merasa paling negatif terhadap penuaan, melihatnya sebagai penurunan tajam dan menganggap demensia dan kesepian sebagai hal yang tak terhindarkan.

Sebagai bagian dari laporan tersebut, RSPH juga menyerukan penghentian penggunaan istilah anti-aging dalam industri kecantikan, mengingat hal itu dapat memberi tekanan pada perempuan untuk melihat penuaan sebagai sesuatu yang harus diperangi. Majalah Allure sejak 2017 berkomitmen tidak lagi menggunakan istilah anti-aging sebagai pengingat, kecantikan bukan hanya untuk kaum muda.

Michelle Lee, pemimpin redaksi majalah Allure 2015-2021 menegaskan, pesan bahwa penuaan adalah kondisi yang perlu kita lawan itu keliru. Lee mengatakan dia berharap keputusan majalah tersebut akan mengubah pembicaraan tentang penuaan dan mendorong organisasi lain untuk melarang istilah tersebut.

Iklan kosmetik dan perawatan kulit menampilkan gambar yang sangat retouched, membuat model ini terlihat lebih ‘sempurna’ dari sebelumnya. Akibatnya, perempuan mulai menggunakan produk perawatan kulit di usia yang lebih muda untuk mencoba dan mencegah efek samping negatif dari penuaan.

Jajak pendapat terhadap 2.000 perempuan oleh Dermstore mengungkapkan, sekitar 28% wanita di bawah usia 25 tahun memiliki kecemasan tertentu dan terus-menerus tentang tanda-tanda penuaan. Angka ini terus meningkat menjadi 54% untuk mereka yang berusia 35-44 tahun.

Persentase yang tinggi ini menunjukkan seberapa besar pengaruh publik terhadap perempuan dan bagaimana mereka menginternalisasi pandangan ini ke dalam diri mereka sendiri.

Selain menyulut harapan palsu dan membuat kita stres, berita utama anti-penuaan mempromosikan budaya ageisme, di mana kita secara sadar atau tidak sadar mengabaikan orang tua karena tidak memiliki semangat atau vitalitas untuk berkontribusi secara produktif kepada masyarakat dan menjalani kehidupan yang penuh makna.

Gwyneth Paltrow dalam sebuah wawancara kepada People di tahun 2016 mengatakan, memiliki kerutan dan uban, namun dia justru menyukainya. Dia merasa percaya diri dan tidak terpengaruh dengan standar masyarakat untuk tetap awet muda.

Tak jauh berbeda dengan Gwyneth, model berusia 79 tahun, Lauren Hutton menyebut, jika kita beruntung, kita semua akan menjadi tua.

“Saya pikir sudah waktunya untuk menyadari, anti-aging adalah istilah kuno. Ada banyak penelitian yang menunjukkan, sikap kita sangat berkaitan dengan bagaimana kita menua, jadi daripada mengkhawatirkan kerutan atau bintik ini itu, kita semua harus fokus merawat kulit dan diri kita sendiri,” jelasnya. [rif]