SURGA DI MATAMU
aku pernah melihat surga di matamu
beberapi kali
ternyata neraka
dan aku ingin kau tenggelam di sana
oh, kebencian apakah ini?
(Baubau, 2022)
AKU MENCARI KATA
aku mencari kata
di tubuhmu
namun tak ketemu
barangkali telah rontok
sewaktu mencari darah
untuk perempuan
yang bukan ibunya
aku mencari kata
pada setiap ucapannya
tapi lelaki ini
seperti kehilangan jalur
dan aku tak menemukan apa-apa
kecuali kemalangan
yang sepertinya akan mengendap lama
di rumah sakit kita saling mencari
lalu bertemu pada satu ranjang orang sakit
dia menemukan kata
dalam katanya
tubuhku terbaring
malam, mengapa detaknya begitu lama?
(Baubau, 2021)
AKU PERNAH HILANG
aku pernah hilang
pada dinding-dinding tak bermuka
warna yang hampir duka
sore-sore seorang bapak mengetuk pintu
membawa peta untuk arahku meniti
sedikit penjelasan mungkin akan membantu
hijau biru yang menguasai bumi
bertanya di mana aku
di mana kau
dan masa-masa ubanmu
mungkinkah masih di tempat seluas ranjang satu badan
lalu aku tak bertanya lagi
aku pernah hilang
tapi kau tak mencari
(Baubau, 2021)
ESOK
esok yang tanya
hati ingin bersegera
menuju lambung paling langit
jari-jari tak sabar menanti kabar
kabar manis dari ayat-ayat lama
dan perempuan yang terkurung dalam puisi
kita menjadikan hal secara diam-diam
demi menjaga rasa lelaki
tubuh yang lenguh
terbaring pasrah
uluran kata-kata pagi selalu menyembuhkan
untuk setiap sakit yang perihnya kelewatan
esok hanya tanya
apakah semanis kedatangan
seorang perantau?
(Baubau, 2022).
Joe Hasan, lahir di Ambon pada 22 Februari. Tulisannya pernah dimuat di Rakyat Sultra, Lampung Post, Banjarmasin Post, Bangka Pos, Magrib.id, ideide.id, Kedaulatan Rakyat, Merapi, Minggu Pagi, Ceritanet.com, Sastramedia.com, Jurnal Sastra Santarang.