BARISAN.CO – Tahun 1978 awal saya berkiprah di dunia teater di Tegal, sebagai penulis naskah, sutradara dan pemain. Bersama Yono Daryono mendirikan Teater RSPD, dengan pentas pertama lakon sejarah Tegal “Martoloyo Martopuro”.
Sesudah itu berturut-turut kami menggarap lakon-lakon Indonesia maupun luarnegeri. Yakni “Bulan Bujur Sangkar” (Iwan Simatupang, 1978), “Mega-Mega” (Arifin C Noer, 1979), “Pagi Bening” (Sorafia Alvarez, 1980), “Orang-Orang Malam” (Putu Wijaya, 1980).
Dalam lakon-lakon itulah, publik teater kota Tegal mengenal pemain wanita utama kami, Eti Sudarman. Dia kami temukan sebagai salah satu penyanyi vokal-grup yang marak pada era itu.
Sebenarnya ada beberapa pilihan, tapi saya ngeyel memilih Eti di antara sekian nominasi. Selalu, terjadi perdebatan antara Yono Daryono dan saya:
- Ora sing sijine bib
— Sing endi - Kae jejere
— Ora ah, bandingna ekspresine oh - Tapi ireng, suka sijine kuning oh
— Ente tah milihe kuninge thok, kuwe tah selera oh - Tapi sijine katon luwes bib
— Ader pan maen alusan, kiye nggo peran kaya tlembuk tempa - Ya ta iya
— Pimen - Ya wes
Ternyata saya tidak salah pilih, dalam memainkan tokoh utama wanita dalam lakon-lakon itu — pelacur Retno dalam “Mega-Mega” Arifin C Noer — Eti ternyata pemain yang mempunyai energi dinamit.
Disamping cepat menghafal dialog, dia pemain yang paling cepat menangkap kemauan sutradara. Bahkan dengan bakat alamnya, Eti sanggup mengembangkan emosi permainannya yang sering kali mengharukan.
Setiap watak dia mainkan dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya, baik dalam tragedi maupun komedi atau percampuran tragis-komis. Teater RSPD tentu mengalami re-generasi dengan munculnya pemain-pemain baru. Eti Sudarman meneruskan kariernya dibidang tarik suara dengan nama Atika.
Meski, sesekali ia terlibat dalam kerja yang tidak jauh dari dunia teater. Antaralain sebagai pemain dalam film-film garapan sutradara Yono Daryono.***