BARISAN.CO – Ekonomi syariah dinilai lebih kuat dalam menghadapi berbagai krisis dan isu nasional maupun global. Sampai saat ini trend dan giroh masyarakat untuk berekonomi syariah pun semakin kuat, termasuk dalam sektor perbankan.
Optimisme tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Hery Gunardi, Saat agenda Seminar dan Muskernas Asbisindo yang bertema “Membangun Percepatan Kemajuan Perbankan Syariah Paska Pengesahan UU P2SK”, Sabtu (28/1/2023).
Pihaknya juga menyatakan atas komitmen serta dukungannya dalam percepatan kemajuan perbankan syariah, yang dinilai telah sesuai amanah Undang-undang (UU) Nomor 4 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).
“Kami optimis industri perbankan syariah akan tumbuh double digit di tahun ini, mengingat potensi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Terlebih lagi bila inklusi dan literasi makin ditingkatkan, maka industri perbankan syariah akan tumbuh positif,” ungkap Hery pada
Sementara itu pihaknya berpendapat UU P2SK juga memperkuat pengaturan terkait bank digital dan pemanfaatan teknologi informasi oleh perbankan, memperkuat peran BPRS dalam menggerakkan perekonomian daerah dan mendukung pengembangan UMKM, serta memperluas cakupan kegiatan usaha perbankan syariah untuk menggerakkan ekonomi nasional.
Sebagai informasi, tercatat tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia masing-masing baru mencapai 9,14% dan 12,12%. Namun angka ini masih sangat jauh dibanding tingkat literasi dan tingkat inklusi keuangan nasional yang mencapai 49,68% dan 85,10%.
“Terlebih lagi bila inklusi dan literasi makin ditingkatkan, maka industri perbankan syariah akan tumbuh positif,” ungkap Hery.
Posisi Agustus 2022, aset perbankan syariah mencapai 745 triliun, tumbuh 17,31% secara year on year (yoy), sedangkan industri perbankan nasional tumbuh 9,14%.
Dari sisi pembiayaan, industri perbankan syariah mencatat pembiayaan mencapai 484 triliun, tumbuh 18,56% yoy, sedangkan industri perbankan nasional tumbuh 10,62%.
Adapun dari sisi perolehan dana pihak ketiga (DPK), industri perbankan syariah mencapai 592 triliun, tumbuh 18,08% yoy.
Namun demikian, Hary mengungkap bahwa perbankan syariah harus berjuang semakin getol untuk menghadapi tantangan di tahun ini, karena menghadapi tingginya kenaikan bagi hasil imbas naiknya suku bunga acuan, serta likuiditas yang ketat.
“Berbagai tantangan tersebut harus dijawab dengan efisiensi bisnis proses, inovasi produk dan layanan sesuai kebutuhan masyarakat serta transformasi digital. Semua ini harus dikemas menjadi one stop solution yang mengakselerasi bisnis perbankan syariah di Indonesia,” pungkas Hery. [rif]