Scroll untuk baca artikel
Blog

Teror Hantu Tanpa Kepala

Redaksi
×

Teror Hantu Tanpa Kepala

Sebarkan artikel ini

Suasana sepi dengan suara serangga yang bersautan menambah kesunyian malam yang mencekam. Membuat bulu kuduk Karto semakin berdiri semenjak tadi karena takut dengan cerita hantu itu.

Tiba di pinggir sebuah sungai kecil, Karto mampir berniat buang air kecil sebentar. Belum terlaksana niatnya, Mas Karto melihat sesosok pria berdiri di pinggir sungai.

Sambil mengarahkan senternya ke arah rerimbunan pohon yang menghalangi pandangannya, Mas Karto berkata,

“Hoooii, siapa di situ? Mas Panjul, ya? Mas Panjul kenapa di situ? Lagi buang hajat, ya?” teriak Mas Karto.

Tanpa menoleh ke arah Mas Karto, sesosok itu pun tetap diam tak menghiraukan panggilannya.

“Hoooiii, kok diam tho Mas Panjul?” ujar Karto lagi.

Mas Karto pun penasaran dengan sesosok orang itu yang tidak menyahut panggilannya. Kemudian dengan sedikit keberanian, Mas Karto semakin mendekat dengan perasaan jengkelnya.

“Mas, Mas Panjul, hehh!”

Sambil mendekat dan menyapa lagi, Mas Karto mengarahkan senternya ke arah orang itu.

Terhenyak kaget, Mas Karto melihat wajah orang yang berdiri di hadapannya itu.

“M-M-Mas Pan-Pan-Panjul? Haaaaaaa? P-P-Pak J-J-Jimin?! Huwaaaaaa! Hantuuuuuuu …!” teriak Mas Karto sambil lari terbirit-birit.

Seketika wajah orang itu terlihat jelas mengerikan di hadapan Mas Karto. Wajah hitam dan berdarah yang berekspresi sedih menagis, berdiri melayang tidak menapak tanah. Dan ternyata itu adalah arwah Jimin yang mati penasaran.

Dengan langkah berat tak kuasa berlari, Mas Karto pontang-panting terjerembab beberapa kali di areal jalan berlumpur.

Dan sampai di pinggir sebuah empang, Mas Karto beristirahat sejenak terbungkuk kelelahan bertopang lutut. Dengan terengah ketakutan menghela napas tersengal, Mas Karto menggigil gemetaran.

Dalam keadaan masih terbungkuk, Mas Karto melihat di depannya sebuah bayang terkena cahaya senter yang masih dipegangnya.

“Hosss … hosss … siapa, di situ?” tanya Mas Karto kepada sesosok di depannya dengan terengah-engah.

Sambil mendongakkan kepalanya, Mas Karto tertegun melihat sesosok manusia tanpa kepala yang berdiri menunjuk ke arah sungai tadi.

Seketika keletihan yang sejak tadi hinggap, hilang berganti segera.

“Ha-ha-hantuuuuuu …!” teriak Mas Karto sambil berlari lagi.

Dari kejauhan Pak Tarso mendengar suatu teriakan meminta tolong. Sambil berdiri melihat ke arah suara, ia membawa golok yang telah ia siapkan.

Sampailah Mas Karto berlari menuju pos ronda. Dengan menggigil, Mas Karto berdiri di hadapan Pak Tarso.

“P-P-Pak Tarso, di arah sungai sana ada hantu Pak Jimin. Kemudian saya lari dan b-b-bertemu hantu tanpa kepala berdiri di tengah jalan mencegat saya. Hiiiiii …,’ cerita Mas Karto ketakutan tanpa sadar celananya basah oleh air seni yang belum sempat untuk dikeluarkannya tadi.