Prof. Quraish menyambung penjelasan Gus Baha, bahwa kata “anfus” dulu memang diterjemahkan “jiwa”, sehingga lahir ungkapan bom bunuh diri sebagai jihad. Namun, kini sudah tak relevan, dan akan tepat sekira dimaknai sebagai totalitas. “Dengan hartamu, dengan pikiranmu, dengan tenagamu, dengan waktumu. Maka, orang yang melakukan bunuh diri, untuk mematikan orang lain, itu bertentangan dengan ajaran agama. Karena dulu, adanya pembunuhan, itu tertuju kepada orang-orang yang memang wajar dibunuh, yang melanggar ketentuan-ketentuan. Lah, sekarang ini apa yang Gereja langgar? Tidak ada.”
Gus Baha, sang manusia kitab abad ini, menutup obrolan bahwa kita tidak akan bisa menghindar dari perbedaan pendapat. Maka, kuncinya mesti saling legawa, saling lapang dada. Kita harus banyak mendengar, dan menghilangkan kebencian. Pesan Rasul Saw, yang dikutip Gus Baha, “Kamu bangun tidur, kamu bersore-sore, lakukanlah, tapi yang penting hati kamu tidak punya kebencian pada seseorang!”