Scroll untuk baca artikel
Terkini

Tiap Tahun Ratusan Anak Palestina Ditangkap dan Diadili di Pengadilan Militer Israel

Redaksi
×

Tiap Tahun Ratusan Anak Palestina Ditangkap dan Diadili di Pengadilan Militer Israel

Sebarkan artikel ini

Sekitar 500 hingga 700 anak Palestina ditangkap dan diadili di pengadilan militer Israel. Mayoritas, anak-anak itu tidak tahu alasan mereka ditangkap, dan yang lainnya dipaksa menandatangani dokumen tidak mereka pahami

BARISAN.CO – Tak ada kedamaian di Palestina. Di saat anak-anak di negara belahan lain bermain dan bersekolah dengan tenang, ketakutan justru menjadi keseharian yang tidak dapat dipisahkan di sana.

Mengutip Middle East Monitor, pada 4 April lalu, Komisi Tahanan dan Urusan Mantan Tahanan yang dikelola oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengatakan, sejak 1967, otoritas pendudukan Israel telah menangkap lebih dari 53.000 anak-anak Palestina.

Kepala Komisi Departemen Studi Dokumentasi, Abdul-Nasser Farawna menyampaikan, pendudukan Israel memperlakukan anak-anak Palestina seperti orang dewasa. Mereka disiksa, diselidiki, dan juga ditahan.

Menurutnya, jumlah itu termasuk anak perempuan dan laki-laki. Dia menyebut, itu menunjukkan Israel tidak menghormati hukum dan konvensi internasional saat berhadapan dengan anak di bawah umur.

“Pada tahun 2021, sekitar 1.300 anak Palestina ditahan. Angka itu meningkat 140 persen dalam tingkat penahanan dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Abdul.

Abdul menambahkan, sejak awal tahun 2022, Israel menahan lebih dari 200 anak dan saat ini terdapat 160 anak di dalam penjara pendudukan.

Sedangkan, Defense for Children International Palestine (DCIP) mengungkapkan, sekitar 500 hingga 700 anak Palestina ditangkap dan diadili di pengadilan militer Israel. Mayoritas, anak-anak itu tidak tahu alasan mereka ditangkap, dan yang lainnya dipaksa menandatangani dokumen dalam bahasa yang tidak dapat dibaca atau dipahami, yakni bahasa Ibrani.

General Director Defense for Children International – Palestine, Khaled Quzmar menyampaikan, tingkat hukuman pengadilan militer Israel lebih tinggi dari 99 persen.

“Ketika mewakili tahanan anak di pengadilan milter, pekerjaan saya sebagai pengacara yang dipandu oleh hukum internasional dan Konvensi PBB tentang Hak Anak (CRC) adalah untuk menjamin pembebasan mereka sesegera mungkin. Semakin lama seorang anak berada dalam tahanan militer, semakin sulit mereka bergabung kembali ke sekolah dan melanjutkan hidupnya,” kata Khaled.

Perang menjadikan anak-anak sebagai korban pertamanya. Laporan tahunan PBB tahun 2020 menuding Israel telah melakukan ratusan pelanggaran berat terhadap anak-anak Palestina. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menuduh Israel menahan 361 anak Palestina, puluhan diantaranya dilaporkan mengalami kekerasan fisik oleh pasukan keamanan Israel. Laporan itu juga mengungkapkan, 340 anak Palestina dilukai di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza pada tahun 2020.

Dalam laporan itu disebutkan, Israel diduga kuat melukai ratusan anak Palestina dengan gas air mata dan peluru karet. Israel juga dituduh mencegah anak-anak memperoleh akses pendidikan dan perawatan medis. Sebaba, sekitar 28 persen permintaan akses perawatan kesehatan untuk anak-anak di Jalur Gaza ditolak Israel.

Di Gaza, krisis kemanusiaan berkepanjangan berdampak signifikan bagi kesejahteraan anak-anak dan keluarga. Konflik berkepanjangan telah mengakibatkan ribuan kematian, menciptakana tekanan psikosial tingkat tinggi, dan mengoyak infrastruktur publik.

Anak-anak tidak berdosa itu setiap harinya harus diselimuti ketakutan. Serangan yang dilancarkan Israel juga sering kai menargetkan sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Selain korban jiwa, anak-anak itu banyak yang harus menanggung hidup cacat seumur dan trauma.

Yang amat disayangkan, hingga detik ini, belum ada kepastian perang itu akan berakhir. Itu berarti kehidupan anak-anak di sana selalu terancam. [rif]