Film Seribu Bayang Purnama disutradarai Yahdi Jamhur dan membawa pesan kuat tentang pentingnya kembali ke pertanian alami.
BARISAN.CO – Tim produksi dan para pemeran film “Seribu Bayang Purnama” melakukan sowan ke kediaman Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH. Ubaidullah Shodaqoh, pada Jumat (4/7/2025).
Kunjungan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan sekaligus memperkenalkan pesan utama film yang mengangkat perjuangan petani dengan metode pertanian alami.
Sutradara film, Yahdi Jamhur, menjelaskan bahwa kunjungan ke ndalem KH. Ubaid memiliki makna khusus, mengingat sosok Yai Ubaid dikenal luas sebagai pejuang pertanian organik di Jawa Tengah.
“Film ini mengisahkan perjuangan petani yang menggunakan metode alami. Kami merasa penting mengenalkan film ini langsung kepada Yai Ubaid sebagai tokoh yang memiliki semangat yang sama dalam memperjuangkan pertanian ramah lingkungan,” ungkap Yahdi.
Dalam momen hangat tersebut, Yahdi Jamhur dan KH. Ubaidullah Shodaqoh saling bertukar kenang-kenangan berupa buku.
Yahdi menyerahkan buku bertajuk Metode Nusantara: Panduan Pelatihan, sementara KH. Ubaid menghadiahkan karya tulisnya berjudul Petani Kehilangan Lahan, yang berisi refleksi kritis terhadap kondisi pertanian nasional.
KH. Ubaidullah menyambut hangat kedatangan rombongan dan mendoakan agar film Seribu Bayang Purnama tidak hanya sukses secara komersial, tetapi juga menjadi alat edukasi yang kuat bagi masyarakat luas.
“Saya berharap film ini bisa menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya kembali ke alam dalam bertani. Pertanian bukan hanya soal hasil, tapi tentang keberlangsungan hidup dan keseimbangan lingkungan,” tutur Kiai Ubaid.
Tak hanya menerima kunjungan di rumahnya, KH. Ubaid juga memberikan dukungan nyata dengan menghadiri acara nonton bareng film tersebut di XXI DP Mall Semarang, tepatnya di lantai 2, Jalan Pemuda No. 150, Sekayu.
Pada kesempatan itu, beliau membubuhkan tanda tangan di poster film sebagai bentuk apresiasi dan dukungan simbolis atas hadirnya film bertema pertanian ini.
Film Seribu Bayang Purnama sendiri digarap serius oleh Yahdi Jamhur, seorang jurnalis televisi sekaligus pembuat film dokumenter kawakan.
Naskah film ini ditulis oleh Swastika Nohara, penulis skenario yang telah meraih dua Piala Maya dan pernah dinominasikan di Festival Film Indonesia (FFI) 2014. Kehadiran Swastika turut memperkuat kualitas cerita yang disajikan secara mendalam dan emosional.
Deretan aktor dan aktris turut menyukseskan film ini. Marthino Lio memerankan tokoh utama, Putro, seorang pemuda yang memilih kembali ke desa untuk membangkitkan pertanian alami.
Ia beradu akting dengan Givina Lukita Dewi sebagai Ratih, perempuan mandiri yang ingin membangun toko petani.