Namun, jika itu pun tidak sanggup, umat Islam kembali kepada realisasi subjektif, meneguhkan sistem itu dalam hati. Menghayati nilai Al-Quran dan Hadits.
Demikianlah, betapa iman harus berlanjut menjadi amal. Betapa aktualisasi diri itu pertama-tama dalam realitas subjektif, tetapi juga harus disertai dengan realitas yang objektif.
Betapa iman merupakan realitas dalam dan abstrak, mesti diikuti dengan berbuat yang konkret. Karena, yang simbolik dan objektiflah yang dapat berkomunikasi dengan sesama, yang dapat dirasakan oleh orang lain. Yang menguntungkan bagi segenap makhluk, sehingga rahmatan lil ‘alamin adalah nyata.
Begitu.