Scroll untuk baca artikel
Blog

Tikus – Cerpen Noerjoso

Redaksi
×

Tikus – Cerpen Noerjoso

Sebarkan artikel ini

Hari ini Minggu Kliwon.  Sebagaimana biasanya Sariman mangkal di pasar hewan.  Hari Minggu pasaran seperti sekarang ini biasanya ramai sekali.  Lelaki berperawakan pendek berkulit legam itu berharap akan mendapat penumpang yang lebih banyak daripada biasanya.

Benar saja dugaan Sariman.  Baru saja ia memarkir becaknya, seorang lelaki setengah baya telah memintanya untuk mengantarkannya pulang.  Belum lagi genap dua jam Sariman Mangkal, beberapa lembar uang ribuan telah ia kantongi.  Hatinya sedemikian girangnya.  Saking girangnya, Sariman pun berniat untuk membelikan sesuatu sebagai hadiah untuk mertuanya nanti.  Dan tanpa menunggu lebih lama lagi, penarik becak itupun  telah terlihat mengayunkan langkah kakinya menuju deretan pedagang kaki lima yang terletak di halaman selatan pasar hewan tersebut.

Sedetik kemudian Sariman sudah terlihat larut dalam kerumunan pengunjung yang menjejali halaman pasar tersebut.  Matanya sibuk mengamati berbagai aneka barang dagangan yang digelar oleh para pedagang.  Sedang asyik-asyiknya mengamati sebuah radio transistor bekas, Sariman dikagetkan oleh tangan seseorang yang seperti memasukkan sesuatu ke dalam kantong saku belakang celananya. Rasa-rasanya seperti sebuah dompet yang tebal. 

Tetapi ketika tangan Sariman hendak meraba kantong saku celananya tersebut tiba-tiba saja badannya seperti didorong dengan keras oleh seseorang.  Hampir saja Sariman terjatuh menimpa barang dagangan yang digelar di depannya.  Untung saja seorang polisi yang berdiri di sebelahnya segera meraih tubuhnya.  Beberapa orang terlihat memandang Sariman dengan tatapan tak menyenangkan sambil mulutnya menyumpahinya. 

Dan ketika Sariman telah berhasil meraba kantong saku belakang celananya tersebut, barang mirip dompet itupun telah raib entah ke mana.  Mungkin seseorang telah mengambilnya kembali saat dirinya hendak terjatuh tadi.  Dorongan itu sepertinya memang sengaja dilakukan oleh seseorang agar dompet tersebut dapat diambilnya kembali tanpa sepengetahuan Sariman.   Belum hilang rasa bingungnya, tiba-tiba seorang polisi yang tadi menolongnya segera menggamit tangan Sariman sembari berbisik pelan.

“Ayo kita ke sana!  Ikut saja Tidak usah takut!” ucap polisi tersebut sambil setengah memaksa.  Sariman hanya dapat celingukan saja ketika Polisi tersebut menggandengnya ke arah warung sate yang terletak di pojok pasar.  Bersamaan dengan sampainya Sariman di warung sate tersebut tiba-tiba terdengar teriakan  keras.  Asal suaranya  dari deretan pedagang kaki lima.