Scroll untuk baca artikel
Blog

Tikus – Cerpen Noerjoso

Redaksi
×

Tikus – Cerpen Noerjoso

Sebarkan artikel ini

“Makanlah!  Tidak usah sungkan!  Jhon mentraktir kita!” ucap polisi tadi sambil menuang sate kambing ke dalam piring nasinya.  Detik kemudian polisi itupun telah mulai melahap satenya.

“Mengapa saya ditraktir Pak?” tanya Sariman keheranan.  Tangannya belum berani sama sekali menyentuh sendok yang tergeletak di pinggir piring makannya.

“Biasa saja.  Kelakuan Jhon memang begitu.  Ia suka mentraktir siapa saja.  Kali ini kita berdua yang beruntung,” ucap polisi tersebut sambil mengunyah satenya.  Polisi itu terlihat lahap sekali mengunyah sate yang ada di hadapannya.  Sementara Sariman meski berselera sekali tetapi ia tak sanggup menikmatinya.  Hatinya diliputi kegundahan.

“Bagian kawan-kawan yang lain, Bapak atur saja!” ucap lelaki berbaju putih tersebut sambil menyerahkan segepok uang kepada polisi yang duduk di samping Sariman.  Polisi itu hanya mengangguk pelan.

“Kamu memang jeli memilih daging Jhon!” sambung polisi tersebut sembari mengantongi uang yang diserahkan lelaki berbaju putih tersebut dengan cepatnya.  Sampai di sini, lagi-lagi Sariman masih tak mengerti maksud pembicaraan keduanya.  Otaknya kelewat dungu untuk memahami apa yang sesungguhnya telah terjadi.

“Terimakasih kawan!  Ini sedikit untukmu!  Istrimu tentu akan gembira menerimanya!” ucap lelaki bernama Jhon tersebut kepada Sariman.  Lelaki berbaju putih itu segera memasukkan beberapa lembar uang ke dalam saku baju Sariman.  Mulut Sariman terlihat melongo kebingungan.  Ada sebersit ketakutan menghinggapi hatinya.

“Tidak usah takut!  Hari ini rejekiku lumayan banyak.  Aku harus membaginya agar semua orang juga bahagia sepertiku,” ucap lelaki berbaju putih tersebut sekali lagi sambil memberikan uang pembayaran kepada pemilik warung.  Sdetik kemudian lelaki bernama Jhon itu pun telah lenyap ditelan oleh riuhnya pasar.

“Pulanglah!  Narik becaknya besok lagi.  Sekarang istirahatlah di rumah bersama dengan keluargamu,” ucap polisi tersebut sambil bangkit mengajak Sariman untuk pergi meninggalkan warung sate kambing tersebut.  Lagi-lagi Sariman dibuat tak mengerti oleh semua kejadian yang barusan dialaminya tersebut.  Yang ada di dalam benaknya hanyalah bahwa hari ini ia telah bertemu dengan malaikat yang baik hati.  Di sepanjang perjalanan pulang lelaki keriting itu terlihat senyum-senyum sendiri.  Pikirannya melayang ketika nanti ia menyelipkan lembaran uang ke balik kutang Cempluk.  Perempuan itu pastilah tidak hanya tersipu-sipu malu.  Dan hanya Sariman sendirilah yang tahu apa yang akan dilakukan oleh Cempluk untuknya. 

* * *

Noerjoso