Scroll untuk baca artikel
Blog

Tikus – Cerpen Noerjoso

Redaksi
×

Tikus – Cerpen Noerjoso

Sebarkan artikel ini

”Copet!  Copet!  Copet!”

Teriak seorang laki-laki sambil memperlihatkan sebuah tas kecilnya yang robek oleh sayatan silet.  Teriakan itu terdengar sedemikian memilukan.  Lelaki bernasib sial itu sepertinya adalah seseorang yang tadi berdiri di sebelah kanan Sariman.  Sontak suasana pasar menjadi gaduh dan riuh.  Beberapa polisi langsung menuju ke arah sumber suara untuk menenagkan lelaki tersebut.  Beberapa polisi segera menutup pintu gerbang pasar.  Yang lain terlihat mulai menggeledah satu persatu orang yang berdiri di dekat lelaki tersebut.  Hasilnya nihil.  Lelaki itu menagis sejadi-jadinya.  Uang hasil penjualan 3 ekor sapinya raib dalam sekejab saja.

“Satenya tambah dua piring lagi Pak!” pinta lelaki berbaju putih yang telah terlihat duduk di ujung warung tatkala Sariman dan seorang polisi memasuki warung. Hidung Sariman mendadak kembang kempis mencium aroma lezatnya sate kambing.  Namun begitu dirinya masih belum mengerti mengapa ia dibawa ke warung sate ini oleh polisi  yang tak dikenalnya tersebut.  Polisi itu selanjutnya mengajak Sariman untuk duduk tak jauh dari lelaki berbaju putih yang tampak tenang melahap satenya.  Lelaki itu menoleh sebentar kepada Sariman.  Ia terlihat melemparkan senyum ramah kepada Sariman.  Sariman pun membalas senyumnya tersebut.  Senyum yang sangat ramah dan seolah-olah bagai sudah kenal lama dengan Sariman.

“Daging empuk Jhon!” ucap polisi tersebut kepada lelaki berbaju putih itu.  Lelaki yang disapa dengan sapaan jhon tersebut hanya mengangguk pelan saja.  Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.  Mulutnya sibuk mengunyah sate kambing yang dihadapinya.  Penampilannya kalem sekali. Sampai di sini Sariman masih belum mengerti mengapa ia berada di warung sate kambing tersebut.  Hatinya masih penuh tanda tanya ketika sepiring nasi dan sepiring sate kambing telah terhidang di hadapannya tersebut.

“Makanlah!  Tidak usah sungkan!  Jhon mentraktir kita!” ucap polisi tadi sambil menuang sate kambing ke dalam piring nasinya.  Detik kemudian polisi itupun telah mulai melahap satenya.

“Mengapa saya ditraktir Pak?” tanya Sariman keheranan.  Tangannya belum berani sama sekali menyentuh sendok yang tergeletak di pinggir piring makannya.

“Biasa saja.  Kelakuan Jhon memang begitu.  Ia suka mentraktir siapa saja.  Kali ini kita berdua yang beruntung,” ucap polisi tersebut sambil mengunyah satenya.  Polisi itu terlihat lahap sekali mengunyah sate yang ada di hadapannya.  Sementara Sariman meski berselera sekali tetapi ia tak sanggup menikmatinya.  Hatinya diliputi kegundahan.