Pendidikan

Tim KKN UNNES Hadirkan Solusi Ekologi: Pelatihan Pembuatan Biopestisida dari Kulit Bawang Putih

Lukni Maulana
×

Tim KKN UNNES Hadirkan Solusi Ekologi: Pelatihan Pembuatan Biopestisida dari Kulit Bawang Putih

Sebarkan artikel ini
Pelatihan Pembuatan Biopestisida dari Kulit Bawang Putih
KKN UNNES berikan pelatihan pembuatan Biopestisida dari Kulit Bawang Putih di Kabupaten Boyolali.

Kulit bawang putih yang diolah menjadi biopestisida merupakan salah satu cara untuk mengatasi penumpukan limbah

BARISAN.CO – Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengadakan pelatihan pembuatan Biopestisida dari limbah kulit bawang putih.

Kegiatan pelatihan pembuatan Biopestisida bertempat di Balai Desa Sumber, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. Pelatihan diikuti oleh 40 orang yang berasal dari ketua dan wakil Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) se-Desa Sumber, Selasa (07/11/23).

Dalam pelatihan tersebut, Upik Fajriyani mahasiswa Jurusan Biologi dari Universitas Negeri semarang selaku pemateri pada kegiatan pelatihan pembuatan biopestisida menjelaskan bahwa kegiatan ini memiliki tujuan untuk memberikan solusi atas penangkal hama yang menyerang tanaman miklik warga.

“Selain itu juga memberikan keterampilan kepada Masyarakat cara membuat biopestisida yang ramah lingkungan serta dapat menjadikan produktivitas tanaman dengan biaya yang murah,” imbuhnya.

Lebih lanjut Upik mengatakan kulit bawang putih yang diolah menjadi biopestisida merupakan salah satu cara untuk mengatasi penumpukan limbah pada home industry keripik bayam milik warga.

“Inovasi ini menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik. Biopestisida cenderung lebih aman digunakan karena senyawa-senyawa kandungan yang ada pada bahan dasarnya dapat mudah terurai dialam,” terangnya.

Tim KKN Unnes pelatihan Biopestisida

Upik menjelaskan bahwa dalam pembuatan biopestisida dari limbah kulit bawang putih ini menggunakan bahan yang sangat murah dan mudah untuk dicari, bahan yang dibutuhkan antara lain botol kosong, kulit bawang putih, air mineral dan sabun cuci cair.

“Adapun penggunaan sabun cuci cair bersifat opsional dengan kata lain boleh pakai boleh tidak. Penggunaan sabun cuci cair sebagai bahan perekat pada tanaman yang terkena hama, agar zat yang terkandung pada kulit bawang tidak cepat hilang apabila di semprotkan,” sambungnya.

Selain itu menurut Upik, sabun cuci cair digunakan karena lebih aman dari pada penggunaan pestisida sintetik yang memiliki kandungan kimia berbahaya.

“Teknik pembuatan biopestisida dari kulit bawang sangat mudah dilakukan. Tahap pertama yaitu mengisi botol/toples dengan kulit bawang hingga terisi ½ bagian botol/toples. Kemudian botol/toples yang sudah terisi kulit bawang diisi dengan hingga penuh. Lalu tutup botol/toples agar tidak ada udara yang masuk dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, pisahkan kulit bawang dengan air. Setelah kulit bawang dan airnya terpisah, tambahkan sabun cuci cair secukupnya. Jika semua bahan telah tercampur, pindahkan cairan kedalam botol sprayer untuk siap digunakan,” jelas Upik.

Ibu Supartinah selaku ketua PKK mengutarakan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan biopestisida dari kulit bawang putih yang diinisiasi oleh Mahasiswa KKN UNNES merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat dan patut untuk disebarluaskan.

 “Pengetahuan kami menjadi bertambah berkat pelatihan ini, masyarakat juga menjadi tahu cara mudah dan murah dalam menangani hama yang menyerang tanaman yang ada di kebun gizi milik RT/RW,” kata Ibu Supartinah.***