“Jadi Indonesia tidak seharusnya bernasib sama dengan Srilanka. Indonesia punya banyak sekali sumber daya dan tidak seharusnya krisis. Tinggal lagi bagaimana mengelola potensi SDA yang banyak tersebut,” terang Didik.
Rekomendasi INDEF atas hal itu telah disampaikan kepada pihak BKPM untuk selayaknya dilaksanakan. BKPM juga tengah melakukan riset bagaimana agar investasi dapat ditingkatkan ke dalam negeri.
Didik menambahkan ekspor Indonesia mutlak harus dikembangkan. Pada 1980-an yang menerima lebih duapertiga ekspor Indonesia hanya Jepang, Eropa dan USA.
“Namun sekarang peluang ekpsor ke mancanegara sudah terbuka banyak di samping ke China dan ASEAN. North Africa, India, Latin Amerika, Eropa Timur dan lain-lain. Terbuka peluang di mana-mana,” sambungnya
Didik mengatakan green economy terutama lahan gambut Indonesia yang tersedia banyak rupanya banyak menyimpan karbon yang begitu besar. Dan itu bisa dijual (carbon trading). Harus tersedia data lahan gambut, luasan, data emisi dan lain-lain yang dapat disampaikan kepada pembeli karbon.
“Hal itu belum dilakukan dan butuh strategi penyiapannya agar dapat didayagunakan. Kebijakan untuk memanfaatkan lahan gambut harus disiapkan pemerintah karena itu peluang besar untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dunia,” pungkasnya.