Acara Umbul Donga Bersama Gus Mus digelar di Semarang sebagai wujud penghormatan kepada budayawan Jawa Tengah yang telah berpulang, dengan doa bersama dan pertunjukan seni yang sarat makna.
BARISAN.CO – Acara doa bersama bertajuk Umbul Donga Bersama Gus Mus untuk Arwah Mendiang Budayawan Jawa Tengah digelar di Gedung Serba Guna Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Semarang, pada Selasa (04/02/2024) malam.
Umbul Donga merupakan tradisi doa bersama sebagai bentuk penghormatan kepada para seniman dan budayawan yang telah berpulang.
Suasana semakin syahdu saat KH A Mustofa Bisri atau Gus Mus memimpin doa di puncak acara. Dalam doanya, Gus Mus mengajak seluruh hadirin untuk mengenang jasa para budayawan yang telah berkontribusi dalam dunia seni dan budaya.
“Allah SWT menerima permohonan hamba-Nya dan berjanji akan memberikan ijabahnya. Maka pada malam hari ini kita panjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, khususnya untuk saudara-saudara kita yang telah dipanggil terlebih dahulu. Kita banyak berutang rasa kepada almarhum,” ujar Gus Mus.
Sejumlah budayawan yang didoakan dalam acara ini antara lain Eko Budihardjo, Darmanto Jatman, Agus Maladi Irianto, Prie GS, Agoes Dhewa, Handry TM, Soekamto Gullit, Djawahir Muhammad, Murtidjono, dan Slamet Gundono.
Acara diawali dengan penampilan pembuka dari Tsaqiva Kinasih Gusti yang menghadirkan nuansa syahdu dengan sejumlah lagu.
Masruhan Samsurie, selaku penanggung jawab acara, menjelaskan bahwa niat untuk menggelar Umbul Donga ini sudah lama diutarakan oleh Gus Mus, namun baru dapat direalisasikan tahun ini.
“Gus Mus sudah mengutarakan niat ini sekitar tiga lebaran lalu. Kini, kita bisa merealisasikan acara ini dengan tetap menjaga kesakralan namun juga menghadirkannya secara menarik bagi masyarakat,” kata Masruhan.
Sebagai bentuk penghormatan, panitia juga menyerahkan tandha tresna kepada perwakilan keluarga para budayawan yang telah berpulang.
Selain itu, berbagai penampilan digelar untuk mengenang karya dan dedikasi mereka dalam dunia seni dan budaya.
Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Suharnomo membacakan puisi Prof. Eko Budihardjo, sementara Ilham Anwar, seniman asal Makassar, membacakan karya Agoes Dhewa. Adhitia Armitrianto membawakan puisi Sukamto Gullit.