Iklim literasi yang cukup hangat kala itu kemudian surut dan kurang begitu berdenyut. Suhu literasi serasa padam dan hal itu makin terkonfirmasi pada berbagai survei nasional maupun internasional yang menempatkan daya baca masyarakat maupun dunia pendidikan kita amat rendah, bahkan masuk jajaran terendah dunia. Suatu kondisi yang memprihatinkan.
Untuk kemajuan sebuah bangsa, literasi adalah kebutuhan mutlak. Tak ada kebudayaan atau peradaban suatu bangsa yang maju dan berkembang tanpa didahului denyut literasi. Dunia Pendidikan utamanya universitas mestinya menjadi pendorong utama atau energi penggerak literasi.
Pemikiran ini wajar saja karena dunia pendidikan utama kampus perguruan tinggi sarat dengan infrastruktur literasi. Atau kalau hal itu kurang memungkinkan, keberadaan ‘Universitas Jagat Raya’ atau yang sejenisnya mesti bangkit dan tumbuh di mana-mana. []
