BARISAN.CO – Virus selalu dianggap berbahaya, sebab makhluk yang ukurannya lebih kecil dari bakteri ini hidup dan berkembang biak dengan cara menempel sel inang.
Saat virus masuk ke dalam tubuh, mereka akan menyerang sel-sel tubuh inangnya, menguasainya dan berkembang biak di sana. Tak heran jika virus bisa memicu terjadinya suatu penyakit yang beberapa di antaranya sangat mematikan, misalnya Corona, HIV, dan Ebola.
Bahkan pada zaman dahulu, virus – virus penyebab flu, cacar air, polio, hepatitis, pneumonia, demam berdarah, dan campak memakan banyak korban jiwa. Hingga seiring waktu berjalan ditemukanlah obatnya sehingga banyak penderita yang tertolong.
Tapi jangan senang dulu. Meski perkembangan ilmu pengetahuan bisa mengatasi ancaman virus bagi kehidupan, namun makhluk kecil ini bisa bermutasi. Jenisnya pun terus bertambah akibat dampak perubahan iklim.
Yang perlu diwaspadai lagi adalah mereka cepat sekali menular antar manusia. Globalisasi dan mobilitas manusia yang kian tinggi saat ini membuka peluang terjadinya pandemi.
Seperti yang sudah kita ketahui, di tahun 2019, Covid-19 hanya mewabah di Wuhan, Cina. Tapi karena mobilitas dan globalisasi, penyakit ini menyebar ke hampir semua wilayah di Cina, hingga kemudian ke seluruh dunia.
Kini, sudah satu tahun dunia dilanda pandemi Covid-19, vaksin sudah ditemukan, namun kasusnya belum juga melandai. Malahan virus ini terus berkembang dan bermutasi yang membuat kasus makin parah.
Lalu ebola. Virus ini mewabah di Afrika sejak 2014. Awalnya hanya di perdesaan Guinee tenggara, lalu menyebar ke Sieree Leone, Liberia, dan Republik Demokratik Kongo.
Bart Janseens, direktur operasi organisasi kemanusiaan Doctors Without Bordesr (MSF) memperingatkan pemerintah dan negara-negara serta organisasi internasional untuk waspada karena sampai saat ini tidak ada satupun pihak yang paham tentang bagaimana mengatasi wabah ebola.
“Jika situasi ini tidak membaik dengan cepat, ada resiko nyata negara-negara baru akan tertular,” katanya saat mengomentari kasus ebola di Afrika Barat pada 2014 silam.
Kemarin (17/6/2021), seorang peneliti asal New York, Bruce Y. Lee mengulas tentang virus Powassan di Forbes. Infeksi Powassan masih sangat jarang, namun demikian, virus ini tampaknya menyebar ke lebih banyak negara.
Dalam kurun waktu 2006 hingga 2015, sebagian besar kasus infeksi virus Powassan dilaporkan terjadi di Minnesota, Wisconsin, dan New York. “Tetapi beberapa tahun terakhir telah telah menyebar ke beberapa negara bagian seperti Massachusetts, New Jersey, Maine, Virginia, New Hampshire, Pennsylvania, dan Connecticut,” tulisnya.
Powassan sendiri merupakan virus yang dibawa oleh kutu. Mereka masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan kutu. Setelah itu, mereka masuk ke aliran darah dan melakukan perjalanan ke sistem saraf pusat. Selanjutnya menyebabkan ensefalitis atau meningitis.
Ensefalitis adalah radang otak dengan gejala khas seperti koma, demam dan kejang. Kondisi ini bisa menyebabkan kematian. Kalaupun masih bertahan hidup, penderita akan mengalami masalah sistem saraf secara permanen seperti sakit kepala hebat dan masalah memori.
Sayangnya, saat ini belum ada vaksin atau pengobatan yang efektif untuk melawan virus ini. Lee khawatir, 2021 akan menjadi bom waktu lantaran kurangnya perhatian terhadap pengendalian kutu akibat pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu.
Jadi, apa yang bisa kita lakukan?
- Sederhana saja, cukup menerapkan pola hidup sehat untuk meningkatkan imunitas. Makan teratur, konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang, tidur cukup, olahraga, minum air sesuai anjuran dan hindari stres.
- Terapkan juga pola hidup bersih. Dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan bisa menjauhkan kita dari serangan kuman, baik virus maupun bakteri.
- Setelah keluar ruangan atau bepergian, segera ganti baju dan mandi. Jika menemukan kutu segeralah cuci pakaian Anda dengan air panas selama 10 menit. Selain virus Powassan, kutu juga bisa membawa berbagai macam patogen seperti Borrelia burgdorferi yang dapat menyebabkan penyakit Lyme. Jadi, apabila lingkungan Anda bermasalah dengan kutu jangan mengatasinya sendiri, panggil profesional untuk membasminya.
- Jika terlanjur muncul tanda-tanda infeksi seperti demam, sakit kepala, diare, dan keluhan lainnya, jangan ragu untuk segera pergi ke fasilitas kesehatan agar mendapat pertolongan medis.