Scroll untuk baca artikel
religi

Waidza Batostum Batostum Jabarin : Ayat Tentang Kekuasaan, Lengkap dengan Tafsirnya

×

Waidza Batostum Batostum Jabarin : Ayat Tentang Kekuasaan, Lengkap dengan Tafsirnya

Sebarkan artikel ini
Waidza Batostum Batostum Jabarin
Ilustrasi

Namun, ketika manusia mencoba menyandang sifat ini, apalagi dengan cara menindas dan memaksa, maka itu menjadi bentuk kesombongan dan ketidakpantasan.

Manusia adalah makhluk lemah. Tidak wajar, bahkan tercela jika seorang hamba ingin disembah, ditakuti, dan ditaati dengan cara paksa seperti Tuhan.

Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, setelah digambarkan bahwa kaum tersebut tidak berpikir dan tidak mempercayai adanya hari pembalasan, maka kelakuan mereka menjadi liar.

Tidak ada moral, tidak ada pertimbangan akhirat. Mereka menyiksa secara berlebihan. Maka Nabi Hud pun mengingatkan: Bertakwalah kepada Allah dan patuhilah aku.

Hal ini menunjukkan bahwa akidah yang benar sangat berpengaruh pada moral sosial. Ketika seseorang kehilangan rasa takut kepada Allah dan tidak percaya pada kehidupan setelah mati, maka ia bisa menjadi manusia paling buas di muka bumi. Tidak ada lagi empati, tidak ada lagi keadilan.

Ayat ini sangat relevan dengan situasi zaman sekarang. Ketika manusia diberi amanah kekuasaan baik dalam rumah tangga, organisasi, maupun pemerintahan mereka harus menjaga amanah itu dengan penuh rasa takut kepada Allah.

Jika tidak, bisa jadi mereka termasuk golongan yang dicela dalam firman Allah tersebut. Menegaskan bahwa dalam Islam, kekuatan harus diiringi dengan keadilan.

Keberanian harus diimbangi dengan kasih sayang. Dan kepemimpinan harus dituntun oleh nilai takwa, bukan oleh hawa nafsu dan keinginan untuk memaksakan kehendak.

Makna dari Waidza Batostum Batostum Jabarin adalah teguran keras terhadap setiap bentuk penyalahgunaan kekuasaan.

Sifat “jabbar” yang hanya pantas bagi Allah, tidak layak dimiliki oleh manusia. Maka, hendaknya setiap Muslim menjadikan ayat ini sebagai cermin dan pengingat agar tidak menjadi pelaku kezaliman, tetapi menjadi pemimpin yang adil, penuh kasih, dan bertakwa. []

Wallahu a‘lam.