Scroll untuk baca artikel
religi

15 Hadits tentang Akhlak: Kedudukan Akhlak yang Mulia dalam Islam

×

15 Hadits tentang Akhlak: Kedudukan Akhlak yang Mulia dalam Islam

Sebarkan artikel ini
hadits tentang akhlak
Ilustrasi

Hadis tentang akhlak memberikan panduan agar umat Islam dapat menjaga sikap, perilaku, dan hubungan sosial dengan baik.

BARISAN.CO – Akhlak memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Banyak orang masih mengira bahwa akhlak yang baik hanyalah pelengkap, sementara yang terpenting adalah akidah dan ibadah. Padahal, jika kita memahami hadits tentang akhlak, kita akan tahu bahwa akhlakul karimah adalah buah dari iman dan ibadah yang benar. Tanpa akhlak yang mulia, keimanan dan ibadah bisa kehilangan maknanya.

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Baihaqi)

Hadits ini menjadi kunci bahwa misi utama dakwah Rasulullah SAW adalah membentuk manusia yang berakhlak.

Sebab, akhlak bukan sekadar etika atau tata krama, melainkan manifestasi dari iman dan ibadah. Mari kita lihat bagaimana Islam menekankan akhlak mulia melalui Al-Qur’an dan hadis.

Dalam Islam, ibadah tidak berhenti pada ritual. Setiap ibadah bertujuan melahirkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman tentang shalat:

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)

Shalat yang benar akan membentuk pribadi yang jauh dari perbuatan tercela. Demikian pula zakat, Allah SWT berfirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At-Taubah: 103)

Zakat mendidik jiwa agar terbebas dari sifat kikir dan iri hati, sekaligus mempererat hubungan sosial. Bahkan, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa senyum pun bernilai sedekah:

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ

Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. Ibnu Hibban)

Demikian juga puasa. Nabi SAW menegaskan:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

Artinya, tujuan ibadah adalah membentuk akhlak. Jika ibadah tidak melahirkan akhlakul karimah, maka ibadah itu kehilangan ruhnya.

Iman dan Akhlak Tidak Bisa Dipisahkan

Keimanan yang benar harus melahirkan akhlak yang baik. Rasulullah SAW bersabda:

الْحَيَاءُ وَالإِيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ

“Rasa malu dan iman selalu berdampingan. Jika salah satunya hilang, maka hilang pula yang lain.” (HR. Hakim dan Thabrani)

Bahkan, Rasulullah SAW sampai bersumpah tiga kali tentang orang yang tidak berakhlak kepada tetangga: