Scroll untuk baca artikel
ragam

26 Nasehat Syekh Abdul Qodir Jaelani Kepada Muridnya, Kata-Kata Bijak dalam Kitab Al-Gunyah

×

26 Nasehat Syekh Abdul Qodir Jaelani Kepada Muridnya, Kata-Kata Bijak dalam Kitab Al-Gunyah

Sebarkan artikel ini
Nasehat Syekh Abdul Qodir Jaelani Kepada Muridnya
Syekh Abdul Qodir Jaelani

11. Seorang murid seyigianya bersikap mendahulukan kepentingan teman di atas kepentingan dirinya Futuwwah (kesatria), toleran (memaafkan kesalahan mereka) dna menjalankan prinsip pelayanan bersama mereka tanpa melihat ada hak bagi dirinya atas seorangpun sehingga tidak menuntuk hak kepadanya.

12. Di hadapan orang-orang kaya, seorang murid mesti menjadi harga diri dan tidak tamak terhadap mereka.

13. Terhadap fakir miskin, seorang murid mesti bersikap mementingkan orang lain di atas kepentingan diri sendiri dalam hal makanan, minuman, pakaian, kenikmatan duniawai, dan segala hal yang berharga sembari memandang dirimu di bawah mereka dan tidak memandang diri lebih utama sedikitpun di atas meraka.

14. Siksaan terberat seseorang sesungguhnya adalah mengejar sesuatu yang bukan bagiannya.

15. Tidak bersedih memikirkan rezeki untuk esok hari.

16. Seorang murid seyogianya bergaul secara baik dengan sesamanya dengan menampilkan wajah ceria.

17. Ketika tertimpa ujian dan kesulitan ekonomi, ia seyogianya menutupi kodisi dirinya dari rekan-rekannya sebisa mungkin agar tidak mengusik hati mereka hingga terbebani karenanya.

18. Tidak makan dengan rakus dan lalai hati, tetapi harus mengingat Allah Swt di dalam hati dan tidak melupakan-Nya ketika sedang melahap makanan.

19. Pantang bagi seorang murid menyimpan dan menimbun makanan atau barang apapun untuk dirinya sendiri.

20. Terhadap anak dan istri, seorang murid mesti berlaku baik, dan menafkahi mereka secara baik dengan kemampuan yang dimilikinya.

21. Seorang murid hendaknya memiliki kekuatan untuk bertawakal dan bersabar menahan derita kesusahan, kekurangan, lapar dan kesengsaraan.

22. Jika ia ingin keluarganya rajin beribadah, berkelakuan baik dan taat kepada Allah Swt. Maka ia harus berkerja secara halal dan memberi makan mereka dengan yang halal dan mubar agar membuahkan ketaatan dan kesalehan.

23. Ketika berpergian seorang mukmin pada hakikatnya adalah meninggalkan sifat-sifatnya yang tercela menuju sifat-sifat yang terpuji.

24. Laku sufistik dibangun di atas tiga prinsip: tiak makan kecuali saat lapar,tidak tidur kecuali saat mengantuk, dan tidak berbicara kecuali saat diperlukan. (Al-Hasan al-Qazzaz).

25. Syukur adalah tidak bermaksiat kepada Allah Swt dengan segala nikmat yang telah dia berikan.

26. Nabi Dawud as bermunajat, “Tuhanku, bagaimana aku bisa bersyukur kepada-Mu sementara syukurku kepada-Mu adalah satu di antara nikmat-nikmat-Mu?” Allah pun mewahyukan kepadanya, “Sekarang, kau telah benar-benar bersyukur kepada-Ku.” []