Dan pada 18 Mei 2008, Mosista Pambudi mengabadikan prosesi pemakaman massal korban kerusuhan di TPU Pondok Rangon. Foto berjudul Korban Kerusuhan itu menggambarkan sejumlah peti mati dan petugas yang menggali liang kubur bagi mayat-mayat gosong yang diketemukan di berbagai pusat perbelanjaan.
Hampir seluruhnya tanpa identitas yang jelas, dan dimakamkan begitu saja. Mereka juga korban, tetapi kelurganya malu mengakuinya, khawatir dengan stigma penjarah.
Usai kerusuhan, Gerakan mahasiswa semakin meluas. Tuntutan politik mereka semakin meluas. Kali ini yang menjadi sasaran adalah gedung wakil rakyat di Senayan. Berbondong-bondong mahasiswa menuju Gedung MPR/DPR. Yusnirsyah Sirin dan Saptono memotret peristiwa pendudukan gedung MPR/DPR oleh para mahasiswa.
Anak-anak muda tanpa kenal takut, berjaket almamater dengan celana jins belel memutuskan menduduki gedung MPR/DPR dalam arti yang sebenar-benarnya.
Entah siapa yang memulai, puluhan mahasiswa memanjat puncak kubah Grahasabha Paripurna, lantas berjingkrak-jingkrak di atasnya. Resmi sudah lambang kedaulatan rakyat itu dikembalikan ke pemilik kedaulatan yaitu rakyat itu sendiri, para mahasiswa yang sudah jemu dengan suasana penindasan rezim otoriter Orde Baru selama berkuasa 32 tahun itu.
Fotografer Saptono mengabadikan peristiwa pendudukan kubah Gedung MPR/DPR itu dengan bagus. Dia memberi judul foto itu Perlawanan dari Puncak Kubah, yang diambilnya pada 20 Mei.
Tampaknya sang fotografer ikut pula naik ke atas kubah tersebut saat itu dan kameranya sempat mengambil gambar jenaka berisi sepasang muda-mudi yang duduk di atas kubah sembari memegang spanduk. Dia lantas memberi judul fotonya Kapan Lagi Dapat Kesempatan Begini. Wahh …..
Desakan dan tekanan politik akhirnya membuat Soeharto yang baru saja terpilih kembali sebagai Presiden untuk ketujuh kalinya menyerah. Apalagi demonstrasi mahasiswa kemudian didukung oleh sejumlah tokoh politik.
Empat tokoh oposisi utama Orde Baru yakni Abdurrahman Wahid (Ketua Umum PB NU), Amien Rais (Ketua PP Muhammadiyah), Megawati Soekarnoputeri (Ketua Umum DPP PDIP) dan Sri Sultan Hamengkubuwono (Gubernur Yogyakarta) bergabung menyatukan kekuatan.
Lantas pukulan yang paling telak bagi Soeharto adalah ketika 14 orang Menterinya mundur dari kabinet, dan MPR turut mendesak Soeharto meletakkan jabatan. Akhirnya, pada 21 Mei pukul 09.02, penguasa Orde Baru itu pun menyatakan berhenti sebagai presiden dan Wakil Presiden BJ Habibie naik menggantikannya. Gambar para mahasiswa menari dan berjoget kesenangan di Gedung MPR/DPR direkam Oscar Motuloh dengan foto berjudul Dancing for Glory. Keren.