Scroll untuk baca artikel
Terkini

3 Hal Penting Pertumbuhan Ekonomi: Investasi, Industri dan Ekspor

Redaksi
×

3 Hal Penting Pertumbuhan Ekonomi: Investasi, Industri dan Ekspor

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Ekonom senior INDEF Didik J Rachbini menyampaikan ada tiga fungsi penting Indonesia menjalankan startegi daya saing dan ekspor yakni investasi, industri dan ekspor. Titik awal dari strategi tersebut adalah mengundang investasi yang berkualitas, berdaya saing, dan layak ekspor sehingga menghasilkan devisa.           

“Strategi ekspor juga dilakukan oleh negara lain sejak setengah abad yang lalu,  terutama oleh Jepang, yang kemudian diikuti oleh Korea, Taiwan, Hongkong dan Singapura,” sambungnya dalam Webinar Investasi, Nilai Tambah dan Kesinambungan Pembangunan dalam rangka Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Yayasan LPEK (INDEF) dengan Kementerian Investasi/BPKPM dan IKA Universitas Brawijaya, Rabu (8/9/2021)

Didik mengatakan dalam 2-3 dekade terakhir ini dilakukan oleh negara ASEAN yang lain dan Cina. Ketika membangun ekonomi negara-negara tersebut melakukan strategi  dan kebijakan Investasi, industrialisasi dan orientasi ekspor. Indonesia juga sudah melakukannya tahun 1980-an dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi rata2-rata 7 persen.

Menurut Didik, ada satu pertanyaan penting yang layak diajukan yakni :  Mengapa pada tahun 1980 dan 1990-an ekonomi RI bisa tumbuh di atas 7 persen?

“Itu setelah terjadi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang buruk pada 1980-1981 yang hanya 1 sampai 2 persen setelah menikmati era Oil Boom. Uniknya, setelah harga minyak jatuh dan cadangan minyak juga habis, tapi justru Indonesia setelah itu bisa tumbuh 7 persenan. Hal itu menjadi pertanyaan penting yang menarik dikaji,” lanjutnya.

Indonesia harus mengubah strategi ke arah peningkatan daya saing yang mempunyai unsur investasi dan berorientasi ekspor. Titik utamanya adalah Investasi yang berkualitas.

Kedua, ketika ekspor maka seluruh upaya efisiensi harus dilakukan oleh pabrik-pabrik yang hendak melakukan ekspor. Hal itu akan memperbaiki ICOR Indonesia yang 6,2 menjadi di kisaran 2,4 dengan efisiensi di segala bidang. Kalau perlu dilakukan deregulasi dan debirokratisasi yang membantu kelancaran produksi dan peningkatan daya saing untuk ekspor.

“Jadi yang harus dilakukan adalah lakukan strategi outward looking dan strategi daya saing. Kekuatan ekonomi suatu negara diukur dari seberapa jauh daya saing produksi di pasar internasional. Hal itu harus didukung oleh strategi industri yang berdaya saing dan berorientasi ekspor,” pungkasnya.

Sementara itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan terdapat 3 pesan Kepala Negara yang menjadi tugas utama BKPM saat ini yakni Pertama, Investasi jangan dilihat dari asing saja tapi juga harus dilihat investasi dari dalam negeri terutama UMKM. Kedua, bagaimana menciptakan kawasan pertumbuhan ekonomi baru dengan intervensi investasi, Ketiga, Bagaimana penciptaan dunia usaha baru dengan pola kenaikan kelas bagi usaha kecil ke usaha menengah, usaha menengah menjadi usaha besar, dan dijadikan investasi yang berkualitas.

Menurut Bahlil, BKPM juga harus berperan dalam transformasi ekonomi. Salah satu indikatornya adalah bagaimana bisa memberikan nilai tambah dengan instrument investasi.

“Setelah era kejayaan hasil hutan kayu, emas dan perikanan yang kini telah kalah kinerjanya dengan Vietnam dan Thailand, maka sekarang harus dapat mengoptimalkan sumber daya alam, seperti Nikel yang dimiliki Indonesia,” tuturnya.

Tiga Agenda

Ketua Umum IKA Universitas Brawijaya Ahmad Erani Yustika menuturkan peta ekonomi politik global dan Landskap investasi dalam beberapa puluh tahun terakhir dan strategi Indonesia ke depan. Pada beberapa kurun waktu terakhir telah terjadi pergeseran yang luar biasa.