Scroll untuk baca artikel
Edukasi

3 Kalimat yang Mungkin Muncul dari Anak Saat Lebaran

Redaksi
×

3 Kalimat yang Mungkin Muncul dari Anak Saat Lebaran

Sebarkan artikel ini

Sejak dini, anak harus memahami bahwa lebaran bukan soal tentang baju baru dan menerima uang saweran. Namun, lebih kepada silahturahmi yang mungkin terputus karena kesibukan masing-masing orang.

BARISAN.CO

Berkumpul Bersama keluarga merupakan momen yang paling ditunggu tunggu ketika lebaran tiba, karena pada hari lebaran seluruh keluarga akan berkumpul untuk merayakan hari raya bersama-sama.

Banyak sekali tradisi yang di lakukan oleh umat muslim selama lebaran. Ada sudah menyiapkan uang baru untuk dibagikan ke sanak keluarga, di kampung halaman dan lain sebagainya.

Tahun ini terasa lebih menyenangkan. Bukan hanya bagi orang dewasa, namun juga anak-anak. Terlebih, tahun ini, pemerintah telah memberi izin untuk mudik.

Yang tak kalah penting adalah sikap anak-anak menghadapi situasi yang jarang mereka jumpai ini, bisa jadi ada kalimat-kalimat atau tindakan yang tiba-tiba muncul dari mereka. Bagaimana orang tua menjelaskannya?

1. Baju Lebaran

“Bu, Yah, kok aku ga dibeliin baju lebaran?” Pertanyaan ini mungkin muncul dari mulut mungil anak kita terutama melihat anak lain membeli baju lebaran.

Ketika tidak ada, orang tua tidak perlu memaksakan diri untuk membelikan baju baru kepada mereka. Oleh karena itu, ejak kecil, ajarkan kepada mereka bahwa Idul Fitri bukan soal mengenakan pakaian baru, namun tentang hati yang kembali fitri. Memulai awal baru dengan lebih baik. Dan, itu semua lebih bermakna, khususnya saat bisa berkumpul bersama keluarga dalam keadaan sehat wal afiat.

Berikan pengertian kepada anak agar mereka tidak berkecil hati.

2. Uang Saweran

“Aku ga mau ke rumah itu lagi. Ga dikasih saweran soalnya”. Momen lebaran memang terkadang menjadi momen dimana banyak orang yang memberikan uang saweran kepada anak-anak.

Namun, anak harus memahami, tidak semua orang memiliki kemampuan itu. Orang tua perlu memberi penjelasan agar anak tidak berkecil hati. Katakan kepada anak, lebaran adalah momen kita untuk bertemu sanak saudara dan tetangga. Mungkin sebelum momen itu, sulit bertemu karena mereka harus bekerja dan jarang berada di rumah.

Ingatkan juga kepada anak, silahturahmi adalah kunci mempererat persaudaraan. Sehingga, jangan mengharapkan saweran, terlebih kecewa ketika tidak menerimanya.

3. Bermaaf-maafan

Banyak orang yang cenderung menjadikan momen Hari Raya untuk bermaaf-maafan. Memang, tidak ada salahnya.

Namun demikian, orang tua harus menasehati anak bahwa meminta maaf tidak selalu harus saat lebaran saja. Saat melakukan kesalahan atau mengecewakan orang lain harus segera minta maaf. Sehingga, saat Idul Fitri, hati orang-orang yang terluka telah lapang dan menerima kita dengan tangan terbuka.

Selamat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H. Mari jadikan momen Idul Fitri ini lebih bermakna dan dapat menyucikan hati serta pikiran kita bersama anak. [rif]