Kemampuannya menyelesaikan masalah tidak hanya dengan ilmu fikih, politik maupun hukum. Akan tetapi juga kemampuan ilmu logika dan matematika
BARISAN.CO – Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai pintunya ilmu. Kemampuannya menyelesaikan masalah tidak hanya dengan ilmu fikih, politik maupun hukum. Akan tetapi juga kemampuan ilmu logika dan matematika. Di bawah ini 3 kisah Ali bin Abi Thalib memecahkan masalah dengan logika matematika:
BILANGAN BULAT DAN BILANGAN PECAHAN
Suatau ketika ada orang Yahudi mendatangi Ali bin Abi Thalib, untuk menguji kecerdasan Imam Ali.
“Aku akan bertanya kepadanya, sebuah pertanyaan yang sulit untuk ia jawab. Aku yakin, dia tidak akan mampu menjawabnya dan aku akan memiliki kesempatan untuk mempermalukannya di depan semua orang Arab,” ucap orang Yahudi.
Lalu orang yahudi itu bertanya, “Wahai Imam Ali, katakan kepadaku tentang sebuah angka, yang ketika kita, membagi angka tersebut, dengan angka 1 sampai 10, jawabannya yaitu selalu bilangan bulat, dan bukan bilangan pecahan?”
“Hitunglah jumlah hari dalam setahun, dan kalikan dengan jumlah hari dalam seminggu, dan Anda akan memiliki jawaban Anda,” jawab imam Ali
Kemudian orang Yahudi tersebut, menghitung jawaban Imam Ali, yang diberikan kepadanya. Ia menemukan hasilnya sebagai berikut:
Jumlah Hari dalam 1 Tahun = 360 (kalender Arab)
Jumlah Hari dalam 1 Minggu = 7
hasil perkalian dari dua angka diatas = 360×7 = 2520
Sekarang buktikan …
2520 ÷ 1 = 2520
2520 ÷ 2 = 1260
2520 ÷ 3 = 840
2520 ÷ 4 = 630
2520 ÷ 5 = 504
2520 ÷ 6 = 420
2520 ÷ 7 = 360
2520 ÷ 8 = 315
2520 ÷ 9 = 280
2520 ÷ 10 = 252
KISAH TENTANG LIMA ROTI
Kisah ini diceritakan Zar bin Hobeish, ceritanya berikut ini:
Ada dua pengembara duduk bersama dan mereka makan roti. Pengembara pertama, mempunyai 5 roti; pengembara kedua, mempunyai 3 roti.
Lalu datanglah Pengembara ketiga, melintas di depan mereka, dan atas permintaan dari pengembara pertama dan pengembara kedua, pengembara ketiga ini diajak untuk bergabung dan menikmati roti mereka. Kemudian para pengembara memotong masing-masing roti yang jumlahnya 8, menjadi tiga bagian yang sama. Masing-masing dari pengembara tersebut, makan delapan potongan roti.
Pada saat pengembara ketiga meninggalkan keduanya, ia mengeluarkan uang sebesar 8 dirham, dan diberikan kepada kedua pengembara tersebut, yang telah menawarkan makanan kepadanya. Setelah menerima uang, kedua pengembara itu, mulai berselisih tentang pembagian uang tersebut.
Pengembara pertama dengan 5 roti, meminta bagian, berupa uang lima dirham. Pengembara kedua dengan tiga roti, bersikeras membagi uang, menjadi dua bagian yang sama (masing-masing 4 dirham ).
Perselisihan dua pengembara tersebut akhirnya dibawa ke Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib meminta pengembara kedua, yang punya 3 roti, untuk menerima uang tiga dirham, karena pengembara pertama, yang punya lima roti, telah lebih adil kepada anda. Pengembara kedua, menolak dan mengatakan bahwa, ia akan bersikeras untuk mendapatkan uang empat dirham.
lalu Imam Ali menjawab, “Anda hanya berhak memiliki satu dirham. Anda berdua memiliki 8 roti (5+3). Setiap roti dipotong, menjadi tiga bagian yang sama. Oleh karena itu, Anda memiliki 24 bagian yang sama, 8×3 = 24. Tiga roti anda(pengembara yang kedua) menjadi 9 bagian, kemudian dari 9 bagian roti tersebut, telah Anda makan 8 porsi, dan anda hanya memberikan 1 porsi, untuk pengembara ketiga. (3×3)=9; 9-8 = 1.
Pengembara pertama, yang memiliki 5 roti, kemudian dipotong menjadi 3 bagian yang sama, jadi 15 porsi. Ia makan 8 porsi, dan sisanya, yaitu 7 porsi, diberikan kepada pengembara ketiga.(5×3)=15; 15-8 = 7.
Jadi, pengembara kedua, harus mendapatkan satu dirham, dan pengembara pertama, harus menerima tujuh dirham.“