Scroll untuk baca artikel
Blog

4 Alasan Pesawat Dilarang Mengudara di Atas Tibet

Redaksi
×

4 Alasan Pesawat Dilarang Mengudara di Atas Tibet

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Memiliki rata-rata ketinggian hingga 4.500 meter di atas permukaan laut (mdpl), dataran Tinggi Tibet menjadi dataran tertinggi di dunia. Memiliki wilayah yang luas 2,5 juta kilometer persegi, sebagian daerahnya masuk ke dalam bagian wilayah China.

Kendati dikenal memiliki medan yang ekstrem, tapi Dataran Tinggi Tibet yang menjulang sangat tinggi itu menjadi magnet bagi para pendaki dari seluruh dunia untuk mengunjunginya. Bahkan, saking dingin dan ekstremnya wilayah Dataran Tinggi Tibet, jumlah penduduk yang tinggal disana hanya 0,2 persen dari populasi China. Mayoritas dari mereka menghuni kawasan pegunungan yang dingin.

Dataran Tinggi Tibet yang amat tinggi itu membuat ngeri setiap pilot yang hendak melintas diatasnya. Bahkan, maskapai penerbangan lebih memilih memutar jalur ketimbang mengudara diatasnya walaupun secara waktu perjalanan menjadi lebih cepat.

Mengutip dari Simple Flying (12/02/2022), kendati pesawat diperbolehkan terbang di ketinggian 16 ribu kaki, tetapi Dataran Tinggi Tibet tetap dilarang untuk dilintasi pesawat lantaran banyak pegunungan yang menjulang tinggi disana. Namun, ada beberapa maskapai yang diperbolehkan mengudara di Dataran Tinggi Tibet karena ada bandara disana bernama Lhasa yang terletak di ketinggian 12 ribu kaki.

Nah, berikut barisan.co rangkum 4 alasan pesawat dilarang mengudara di atas Dataran Tinggi Tibet yang diolah dari berbagai sumber, diantaranya:

1. Zona Larangan Terbang

Sama halnya dengan transportasi pada umumnya, di dalam rute pesawat juga ada zona larangan penerbangan yang disebut No-fly zones (NFZs). Adapun, jalur rute penerbangan itu diatur sesuai rekomendasi Otoritas Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).

Ada juga tempat-tempat yang tidak mengizinkan pesawat untuk melintas diatasnya karena ada situs-situs bersejarah atau tempat-tempat sakral yang tabu untuk dilintasi.

Sementara, Dataran Tinggi Tibet masuk ke dalam NFZs karena selain mempunyai tempat sakral juga lantaran alasan keamanan. 

2. Ketinggian yang Tak Aman Ketika Penerbangan Darurat

Seperti yang telah dijelaskan diatas, alasan keamanan yang memasukkan Dataran Tinggi Tibet ke dalam ZNFs lantaran terletak di ketinggian 14.000 kaki.

Tentu, untuk melintasinya pesawat harus terbang lebih tinggi lagi, dan ketinggian seperti itu akan menyulitkan pesawat jika dalam keadaan darurat.

Ambil contoh, ketika tekanan kabin mengalami penurunan. Pesawat akan kesulitan untuk turun ke ketinggian 10.000 kaki atau sekitar 3.000 meter di wilayah Dataran Tinggi Tibet yang tinggi itu. Ditambah lagi, di ketinggian itu kadar oksigen tipis sehingga sangat beresiko bagi penumpang walaupun mengandalkan cadangan oksigen di dalam pesawat.

3. Potensi Turbulensi yang Membahayakan Penumpang

Turbulensi memang bisa terjadi di rute mana saja karena disebabkan oleh beragam faktor, seperti kondisi cuaca, efek panas matahari, dan kawasan pegunungan. Dan, khususnya kawasan pegunungan lebih berpotensi terjadi turbulensi ketika pesawat melintas diatasnya.

Pasalnya, ketika pesawat melintas diatas pegunungan akan menimbulkan perubahan kecepatan naik turunnya arus udara, sehingga arus udara yang dihasilkan akan mengganggu penerbangan. Malahan, karena saking tingginya Dataran Tinggi Tibet, disana kerap muncul “clean air turbulence”, yakni turbulensi yang tidak terlihat atau diduga oleh pilot.

4. Bahan Bakar Pesawat Berisiko Membeku

Pegunungan mempunyai suhu yang rendah, terlebih Dataran Tinggi Tibet. Maka, bahan bakar pesawat akan berisiko membeku ketika mengudara diatasnya. Memang, hal seperti ini jarang terjdi karena bahan bakar pesawat membutuhkan waktu lama untuk membeku. Tapi, risiko itu tetap ada dan sebaiknya dihindarkan.

Sebagai informasi, umumnya bahan bakar Jet A1 standar memiliki titik beku -47 derajat Celcius. Sedangkan jenis Jet A yang biasanya digunakan oleh maskapai di Amerika Serikat (AS) mempunyai titik beku -40 derajat Celcius.