Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Senggang Kuliner & Wisata

4 Alasan Pesawat Dilarang Mengudara di Atas Tibet

:: Diautoriq Husain
30 Mei 2022
dalam Kuliner & Wisata
4 Alasan Pesawat Dilarang Mengudara di Atas Tibet

Tibet (thelandofsnows.com)

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Memiliki rata-rata ketinggian hingga 4.500 meter di atas permukaan laut (mdpl), dataran Tinggi Tibet menjadi dataran tertinggi di dunia. Memiliki wilayah yang luas 2,5 juta kilometer persegi, sebagian daerahnya masuk ke dalam bagian wilayah China.

Kendati dikenal memiliki medan yang ekstrem, tapi Dataran Tinggi Tibet yang menjulang sangat tinggi itu menjadi magnet bagi para pendaki dari seluruh dunia untuk mengunjunginya. Bahkan, saking dingin dan ekstremnya wilayah Dataran Tinggi Tibet, jumlah penduduk yang tinggal disana hanya 0,2 persen dari populasi China. Mayoritas dari mereka menghuni kawasan pegunungan yang dingin.

Dataran Tinggi Tibet yang amat tinggi itu membuat ngeri setiap pilot yang hendak melintas diatasnya. Bahkan, maskapai penerbangan lebih memilih memutar jalur ketimbang mengudara diatasnya walaupun secara waktu perjalanan menjadi lebih cepat.

Mengutip dari Simple Flying (12/02/2022), kendati pesawat diperbolehkan terbang di ketinggian 16 ribu kaki, tetapi Dataran Tinggi Tibet tetap dilarang untuk dilintasi pesawat lantaran banyak pegunungan yang menjulang tinggi disana. Namun, ada beberapa maskapai yang diperbolehkan mengudara di Dataran Tinggi Tibet karena ada bandara disana bernama Lhasa yang terletak di ketinggian 12 ribu kaki.

BACAJUGA

Electronic Road Pricing

Penerapan Electronic Road Pricing (ERP)

20 Januari 2023
Jasa Transportasi Penumpang (US$ ribu)

Jasa Transportasi Penumpang (US$ ribu)

17 Desember 2022

Nah, berikut barisan.co rangkum 4 alasan pesawat dilarang mengudara di atas Dataran Tinggi Tibet yang diolah dari berbagai sumber, diantaranya:

1. Zona Larangan Terbang

Sama halnya dengan transportasi pada umumnya, di dalam rute pesawat juga ada zona larangan penerbangan yang disebut No-fly zones (NFZs). Adapun, jalur rute penerbangan itu diatur sesuai rekomendasi Otoritas Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).

Ada juga tempat-tempat yang tidak mengizinkan pesawat untuk melintas diatasnya karena ada situs-situs bersejarah atau tempat-tempat sakral yang tabu untuk dilintasi.

Sementara, Dataran Tinggi Tibet masuk ke dalam NFZs karena selain mempunyai tempat sakral juga lantaran alasan keamanan. 

2. Ketinggian yang Tak Aman Ketika Penerbangan Darurat

Seperti yang telah dijelaskan diatas, alasan keamanan yang memasukkan Dataran Tinggi Tibet ke dalam ZNFs lantaran terletak di ketinggian 14.000 kaki.

Tentu, untuk melintasinya pesawat harus terbang lebih tinggi lagi, dan ketinggian seperti itu akan menyulitkan pesawat jika dalam keadaan darurat.

Ambil contoh, ketika tekanan kabin mengalami penurunan. Pesawat akan kesulitan untuk turun ke ketinggian 10.000 kaki atau sekitar 3.000 meter di wilayah Dataran Tinggi Tibet yang tinggi itu. Ditambah lagi, di ketinggian itu kadar oksigen tipis sehingga sangat beresiko bagi penumpang walaupun mengandalkan cadangan oksigen di dalam pesawat.

3. Potensi Turbulensi yang Membahayakan Penumpang

Turbulensi memang bisa terjadi di rute mana saja karena disebabkan oleh beragam faktor, seperti kondisi cuaca, efek panas matahari, dan kawasan pegunungan. Dan, khususnya kawasan pegunungan lebih berpotensi terjadi turbulensi ketika pesawat melintas diatasnya.

Pasalnya, ketika pesawat melintas diatas pegunungan akan menimbulkan perubahan kecepatan naik turunnya arus udara, sehingga arus udara yang dihasilkan akan mengganggu penerbangan. Malahan, karena saking tingginya Dataran Tinggi Tibet, disana kerap muncul “clean air turbulence”, yakni turbulensi yang tidak terlihat atau diduga oleh pilot.

4. Bahan Bakar Pesawat Berisiko Membeku

Pegunungan mempunyai suhu yang rendah, terlebih Dataran Tinggi Tibet. Maka, bahan bakar pesawat akan berisiko membeku ketika mengudara diatasnya. Memang, hal seperti ini jarang terjdi karena bahan bakar pesawat membutuhkan waktu lama untuk membeku. Tapi, risiko itu tetap ada dan sebaiknya dihindarkan.

Sebagai informasi, umumnya bahan bakar Jet A1 standar memiliki titik beku -47 derajat Celcius. Sedangkan jenis Jet A yang biasanya digunakan oleh maskapai di Amerika Serikat (AS) mempunyai titik beku -40 derajat Celcius. 

Jadi, itulah 4 alasan pesawat dilarang mengudara di atas Dataran Tinggi Tibet. Semoga bermanfaat. [rif]

Topik: PenerbanganPesawatTibetTransportasiTraveling
Diautoriq Husain

Diautoriq Husain

POS LAINNYA

Itsukushima, Destinasi Wisata di Jepang yang Melarang Orang Mati
Kuliner & Wisata

Itsukushima, Destinasi Wisata di Jepang yang Melarang Orang Mati

7 September 2022
Healing-Healing! KAI Sediakan Tiket 7.000 Seharga Rp17.000, Ini Rutenya
Kuliner & Wisata

Healing-Healing! KAI Sediakan Tiket 7.000 Seharga Rp17.000, Ini Rutenya

4 Agustus 2022
resep bakso daging sapi
Kuliner & Wisata

Resep Bakso Daging Sapi Bumbu Rempah, Hidangan Hari Raya Idul Adha

10 Juli 2022
Buat Penggemar Masakan Khas Minang, Ketahuilah 5 Perbedaan Nasi Padang dan Kapau ini
Kuliner & Wisata

Buat Penggemar Masakan Khas Minang, Ketahuilah 5 Perbedaan Nasi Padang dan Kapau ini

1 Juni 2022
tempat wisata di jakarta
Kuliner & Wisata

Tempat Wisata di Jakarta untuk Libur Lebaran, Rekreasi Edukatif Bersama Keluarga

3 Mei 2022
resep wedang ronde
Kuliner & Wisata

Resep Wedang Ronde, Minuman Sehat Banyak Manfaat

26 Maret 2022
Lainnya
Selanjutnya
Pentingnya Edukasi Seks Agar Perempuan Tidak Lagi  Terbelenggu Pikiran Semu

Pentingnya Edukasi Seks Agar Perempuan Tidak Lagi Terbelenggu Pikiran Semu

Pola Transit di Stasiun Manggarai demi Keselamatan, Simak Perubahan Rutenya

Pola Transit di Stasiun Manggarai demi Keselamatan, Simak Perubahan Rutenya

TRANSLATE

TERBARU

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?
Sosial & Budaya

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?

:: Thomi Rifai
27 Maret 2023

BARISAN.CO - Mukena merupakan salah satu busana yang sudah lama dipakai oleh kaum hawa, terutama para muslim wanita di Indonesia...

Selengkapnya
putra nabi muhammad

Putra-Putri

27 Maret 2023
Melemahnya Gerakan Sipil

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

27 Maret 2023
Kisah Umar bin Khattab Membantak Malaikat Munkar Nakir

Kisah Umar bin Khattab Membentak Malaikat Munkar Nakir di Alam Kubur

27 Maret 2023
Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

26 Maret 2023
Lainnya

SOROTAN

Melemahnya Gerakan Sipil
Opini

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

:: Pril Huseno
27 Maret 2023

Melemahnya Gerakan Sipil

Selengkapnya
Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

25 Maret 2023
pelarangan thrifting

Drama Pelarangan “Thrifting” Import

25 Maret 2023
Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

24 Maret 2023
Larangan ASN Buka Puasa Bersama

Larangan ASN Buka Puasa Bersama Tidak Konsisten dengan Narasi Pemulihan Ekonomi

24 Maret 2023
Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

22 Maret 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang