Beralih ke rokok elektrik untuk memudahkan transisi rokok konvensional justru dianggap keliru.
BARISAN.CO – Jika seseorang berusaha menghentikan kebiasaan merokok, mungkin mempertimbangkan beralih ke vaping atau rokok elektrik untuk memudahkan transisinya dari rokok konvensional. Namun, pemikiran itu justru keliru.
Tahun 2008, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, rokok elektronik sebagai bantuan berhenti merokok yang sah dan menuntut agar pemasar segera menghapus dari materi mereka setiap saran yang menurut WHO menganggap rokok elektronik aman dan efektif.
Popularitas rokok elektrik dimulai saat apoteker sekaligus perokok asal China bernama Hon Lik. Dia menciptakan rokok elektrik untuk membantu orang berhenti merokok. Terlebih, setelah ayahnya, juga seorang perokok berat, meninggal karena kanker paru-paru.
Perusahaan tempat Lik bekerja, Golden Dragon Holdings, mengembangkan perangkat tersebut dan mengubah namanya menjadi Ruyan, yang berarti “seperti asap”. Alih-alih berhenti, Hon Lik sendiri menjadi pengguna ganda (dual user) menurut The Time of London.
Mengutip Banner Health, Michel Corban, MD, ahli jantung merinci empat risiko utama yang terkait dengan vaping dan mengapa harus menghindarinya.
- Tidak mempermudah orang berhenti merokok
KIta mungkin melihat merek rokok elektrik menggembar-gemborkan produknya sebagai alat untuk berhenti merokok, tetapi klaim ini tidak diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) AS dan WHO. Dengan demikian, rokok elektrik tidak disetujui sebagai alat bantu berhenti merokok.
Selain itu, penelitian saat ini menunjukkan bahwa rokok elektrik sebenarnya dapat meningkatkan kecanduan vaping—mendorong Anda untuk mengganti satu sifat buruk dengan yang lain atau menggunakan keduanya.
“Meskipun tinjauan baru-baru ini menemukan, rokok elektrik nikotin lebih efektif daripada terapi pengganti nikotin dan dukungan perilaku dalam membantu perokok tembakau berhenti merokok, banyak perokok yang menggunakan vaping sebagai alat bantu berhenti merokok akhirnya menggunakan keduanya,” kata Dr. Michel.
- Kandungan bahan kimia berbahaya dan beracun
Rokok elektrik memang tidak mengeluarkan asap seperti rokok tembakau yang menyala, namun mengandung ribuan bahan kimia beracun yang sama.
“Kebanyakan rokok elektrik mengandung nikotin freebase atau garam nikotin, beberapa mengandung vitamin E asetat, dan banyak menghasilkan uap yang mengandung sejumlah bahan kimia berbahaya termasuk diacetyl, formaldehyde, acrolein, benzene, toxicants lainnya, karsinogen dan logam berat,” jelasnya.
Salah satu bahan kimia, khususnya, yang menjadi berita utama adalah vitamin E asetat, zat pengental yang sering digunakan dalam produk vaping THC. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah mengidentifikasi vitamin E sebagai bahan kimia yang menjadi perhatian setelah pecahnya cedera paru-paru dan kematian yang terkait dengan vaping.
Jadi, sementara rokok elektrik mengeluarkan aroma manis yang lebih enak, itu hanya menutupi bahan kimia berbahaya.
- Berdampak negatif pada jantung dan paru-paru
Kita sudah lama mengetahui bahwa merokok tembakau berkontribusi terhadap masalah jantung dan paru-paru. Studi terbaru menemukan, rokok elektrik juga melakukannya.
Sebuah studi observasional besar menemukan, dibandingkan dengan bukan perokok, pengguna rokok elektrik 34% lebih mungkin mengalami serangan jantung, 25% lebih mungkin mengembangkan penyakit arteri koroner, dan 55% lebih mungkin menderita depresi atau kecemasan.
“Baik racun nikotin dan non-nikotin dalam rokok tembakau dan rokok elektrik berbahaya bagi sistem kardiovaskular. Nikotin meningkatkan detak jantung dan tekanan darah,” paparnya.
Dr. Michel menambahkan, ini juga dapat menyempitkan pembuluh darah yang menyebabkan penurunan suplai darah ke organ-organ di seluruh tubuh.