BARISAN.CO – Berbelanja adalah kebutuhan. Namun, berbelanja juga dapat menjadi candu bagi beberapa orang. Shopaholic begitulah sebutan orang-orang yang kecanduan belanja.
Terkadang, mereka tidak sadar setelah memasuki satu per satu toko, setelah tiba di rumah, begitu banyak tas belanja di tangan.
Kecanduan belanja juga dikenal dengan oniomania atau gangguan perilaku, Compulsive Buying Disorder (CBD). Tandanya itu obsesi atau dorongan tak terkendali untuk membeli barang.
Umumnya, orang yang candu berbelanja merasa kesepian dan terisolasi.
Berikut ini tanda-tanda seorang shopaholic:
1. Hidup di luar kemampuan
Memang tidak semua shopaholic terlilit utang. Tidak semua orang yang berutang juga shopaholic. Akan tetapi, hidup di luar kemampuan bisa jadi tanda memiliki masalah belanja.
Tagihan awal bulan sudah siap untuk menghabiskan seluruh gaji. Itu berarti selama sebulan ke depan, tak ada kompromi. Namun, kemudahan berutang dengan menggunakan Paylater dari e-commerce juga dapat menjerat seorang pecandu belanja. Tanpa sadar, mereka terus menambah beban utang dan membuat hidupnya berantakan seketika.
Penyebabnya? Kecanduan berbelanja itu sendiri.
2. Membeli barang yang tidak perlu
Shopaholic sering tergiur dengan barang-barang yang menurut mereka lucu, bagus, atau menarik. Mereka tidak dapat menahan diri untuk segeranya membawanya ke kasir.
Memiliki barang-barang tersebut memberikan kepuasan bagi mereka. Walau sebenarnya mereka tidak sama sekali membutuhkannya. “Apa urusannya? Yang penting, ini milikku,” begitulah pikiran orang-orang yang kecanduan belanja.
3. Banyak barang atau pakaian yang belum tersentuh
Setelah membeli sesuatu, tentu akan menyenangkan bila dapat menggunakannya. Seperti saat membeli sepatu baru, seseorang telah memiliki rencana untuk mengenakannya saat acara tertentu.
Sayangnya, tidak dengan shopaholic. Setelah membeli, mereka hanya akan menyimpan dan menumpuknya di dalam kamar.
4. Menyesal
Menurut para peneliti Universitas Colombia, biasanya, shopaholic merasa bersalah, marah, dan/atau sedih setelah pesta berbelanja usai.
Hal ini bisa saja terjadi, seperti setelah seseorang membeli sesuatu. Ia merasa bersalah karena terlalu banyak uang yang ia habiskan untuk membelinya. Terlebih, ia tidak membutuhkannya.
5. Diskon menjadi kata favorit
Kata diskon membuat pecandu belanja bahagia. Mereka akan segera melihat-lihat barang dan memasukkannya ke tas belanjaan.
Terutama, saat e-commerce menyediakan diskon besar-besaran seperti 1212 akan membuat mereka menggila.
5. Berbelanja adalah sarana terapi
Oh, tidak! Saat seseorang menjadikan berbelanja sebagai terapi, mereka akan selalu berdalih belanja adalah cara menghilangkan stres.
Tentu, kita memang boleh saja memberikan hadiah bagi diri sendiri. Namun, tiap kali hal buruk terjadi, belanja menjadi cara menyenangkan diri, itu akan menjadi malapetaka tersendiri.
6. Tidak dapat berhenti
Beberapa kali mencoba berhenti, terlebih melihat tumpukan barang dan utang yang semakin mencekik. Namun, nyatanya itu amatlah sulit.
Mereka cenderung menghemat kebutuhan lainnya daripada menahan diri untuk tidak berbelanja. Kebiasaan belanja sudah mendarah daging bahkan terkadang mereka akan berpikir apa lagi yang akan dibeli.
Meski demikian, terdapat cara untuk berhenti menjadi shopaholic. Pertama, jika Anda menggunakan kartu kredit, potong kartu tersebut. Sebab, kartu kredit menjadi salah satu sumber bencana saat Anda berbelanja. Kemudian, gunakan uang tunai. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan sebanyak apa uang yang dihabiskan untuk berbelanja.
Ketiga, catat setiap pengeluaran dan pemasukan. Ini akan membantu untuk mewaspadai serangan diskon yang sewaktu-waktu bisa membuat shopaholic menggila. Selanjutnya, ingatkan diri sendiri tentang tujuan besar Anda. Misalnya, Anda memiliki keinginan untuk pergi berlibur, namun kecanduan berbelanja itu akan menghalangi tujuan besar itu.