Syahdan, Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh bukanlah omong kosong sekira merujuk (dan berbondong menghayati) kedua surah tersebut. Lebih lanjut, nominal 76, jika lagi-lagi merujuk pada urutan surah dalam Al-Quran, adalah surah al-Insan. Al-Insan adalah manusia, makhluk yang dimuliakan Tuhan.
Manusia, sebagaimana gambaran dalam surah tersebut, mulanya belum berwujud apa-apa, kemudian oleh kehendak-Nya maujud. Maujud dengan uluran sekian banyak sebab, artinya mustahil manusia bisa tumbuh dan tangguh dengan kemampuan dirinya sendiri. Dan, manakala pulang ke pangkuan-Nya, manusia juga mustahil sanggup mengurus dirinya sendiri. Oleh karenanya, sudah pantas bin wajar, manusia tidak bersikap egois.
Surah al-Insan mengisyaratkan betapa manusia adalah makhluk sosial. Betapa dia berproses menjadi, melibatkan tangan-tangan kreatif di luar dirinya. Tuhan pun menuntun, sang hamba akan meraih kehidupan yang indah plus nyaman hanya dengan meniti jalan-Nya.
Jalan Tuhan berupa kesediaan memberikan makanan, walau sang diri itu sangat memerlukannya, kepada orang-orang miskin, anak-anak yatim, dan siapa pun saja yang terjebak tidak bisa bebas berbuat apa-apa.
Singkatnya, jalan Tuhan itu adalah peka terhadap derita sesama. Sehingga, niscaya, sekali lagi 76 tahun Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh tidak berhenti di slogan. [Luk]