Oleh: Anatasia Wahyudi
Manusia sesekali perlu merasakan penderitaan agar mereka menyadari bahwa dunia berlaku adil dalam menyeimbangkan kehidupan. Manis dan pahit tergantung cara kita meneguknya. Namun, menikmati kepahitan juga tak ada salahnya karena itu adalah cara manusia untuk tumbuh lebih baik.
Sayangnya, beberapa orang kerap mengeluh. Cara itu mereka lakukan untuk mengusir penderitaan yang dialami agar dikasihani. Namun bagi sebagian orang, belas kasihan adalah sesuatu yang dihindari karena mereka paham ketangguhan seseorang diuji ketika masalah menghantam kehidupannya.
Dalam ilmu psikologi, dikenal dengan istilah mengasihani diri sendiri (self-pity). Orang-orang yang berada dalam kondisi ini tidak mampu atau percaya diri dalam melalui masa sulit untuk menghadapinya. Kondisi ini ditandai dengan menganggap diri mereka korban dari sebuah peristiwa sehingga menganggap belas kasihan orang lain layak didapatkan.
Berperan sebagai korban membuat mereka nyaman karena akan banyak orang yang memberikan perhatian. Ironinya, mereka yang merasa korban adalah orang yang tidak bertanggung jawab dengan mengumbar penderitaan yang dihadapi akibat faktor luar.
Sebetulnya, introspeksi diri adalah cara terbaik untuk memperbaiki masalah yang ada. Semua masalah yang terjadi dalam kehidupan kita, umumnya merupakan hasil dari perbuatan diri sendiri di masa lalu. Akan tetapi, bukankah lebih mudah menyalahkan pihak lain ketimbang mengakui itu semua?
Pola manipulatif tersebut dilakukan dengan harapan orang-orang akan memandangnya dan memberikan bantuan. Buruknya, mereka kecanduan akan cerita sedih mereka didengarkan oleh orang lain. Seolah-olah, di dunia ini hanya dirinya yang menderita.
Mengeluh juga dianggap sebagai langkah yang membutuhkan sedikit upaya dibandingkan memikirkan cara untuk bangkit dan memperbaiki keadaan. Tipe ini cenderung menggunakan penderitaan yang terjadi sebagai cara untuk mendapatkan rasa iba. Menjual cerita sedih adalah upaya mereka bertahan.
Dalam sebuah artikel elitedaily.com, ada delapan hal yang dilakukan oleh orang yang menyedihkan:
1. Mereka selalu melihat hal yang buruk dan negatif. Contohnya seperti ketika seseorang demam, ia menganggap itu adalah hal yang buruk karena dapat menghambat konsentrasi jika harus meminum obat. Namun, mereka tidak berpikir bahwa sakit yang dialami merupakan tanda bahwa tubuh memerlukan istirahat.
2. Seperti sekte, orang yang menyedihkan berkumpul dengan sesamanya alias yang sama-sama menyedihkan. Ini dianggap keadilan bagi mereka karena merasa ada yang mengetahui dan menghadapi situasi sulit seperti yang mereka hadapi atau, bahkan lebih buruk lagi.