BARISAN.CO – Peristiwa hilang kontaknya kapal selam KRI Nanggala-402 pada Rabu (21/4/2021) dini hari yang akan melakukan latihan di perairan Bali banyak menyedot perhatian publik.
Status kapal selam itu saat ini sudah naik menjadi fase subsunk atau fase tenggelam usai ditemukannya sejumlah serpihan dan tumpahan minyak yang menjadi bukti otentik keberadaan KRI Nanggala-402.
Beberapa benda yang ditemukan diantaranya pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, dan pelumas periskop kapal selam. Ada juga alat yang dipakai ABK Nanggala untuk shalat dan spons untuk menahan panas pada presroom.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono menegaskan, meski berstatus subsunk atau tenggelam, Yudo memastikan tim gabungan dan pihak terkait akan terus melakukan pendeteksian kapal tersebut.
“Karena kedalaman laut yang kita deteksi tadi pada kedalaman 850 meter, ini sangat riskan dan sangat memiliki kesulitan yang tinggi untuk pengangkatan nantinya,” terang Yudo Sabtu (24/4/2021).
Atas peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala-402 ini, banyak warganet di media sosial yang mempertanyakan, mengapa para awak kapal tidak keluar dari pintu darurat dan berenang ke permukaan?
Menjawab keingintahuan publik tersebut, ada beberapa alasan:
Pertama, Pintu-pintu dari kapal selam tentunya telah dirancang agar tidak dapat dimasuki air. Sehingga mekanisme pintu tentunya akan menjadi rumit, dan membuat pintu kapal selam tidak bisa leluasa untuk dibuka atau tutup layaknya pintu ruangan.
Jika terjadi sebuah permasalahan pada mekanisme pintu atau lainnya yang menyebabkan kebocoran air, kapal selam memiliki sebuah kompartemen penyelamat yang memiliki sistem isolasi agar tidak dapat dimasuki air. Kompartemen tersebutlah yang merupakan tempat awak kapal menyelamatkan diri.
Kedua, jika para awak kapal selam tetap nekat untuk membuka pintu agar bisa keluar dari kapal pada kedalaman 850 meter, maka dalam hitungan detik air akan dengan sangat cepat membanjiri ruang-ruang kapal.
Pada kedalaman 850 meter, air memiliki tekanan hidrostatis yang sangat tinggi. Tekanan hidrostatis air sendiri meningkat 1 atm setiap kedalaman 10 meter.
Artinya pada kedalaman 850 meter, tekanan hidrostatis air adalah 85 atm. Sementara, tubuh manusia hanya bisa menahan 3 sampai 4 atm tekanan hidrostatis air. Sehingga tidak mungkin bagi manusia untuk berenang bebas pada kedalaman tersebut, atau sama saja dengan diinjak ratusan gajah.
Karena hal tersebut, cara yang paling memungkinkan untuk melakukan penyelamatan 53 awak kapal tersebut adalah dilakukannya penyelamatan secara eksternal.
Kapal selam KRI Nanggala 402 diduga kuat sudah mengalami keretakan karena tidak mampu menahan tekanan air laut yang demikian besar.
Laksamana Yudo Margono bakal menyiapkan evakuasi medis terhadap kru KRI Nanggala 402 yang kemungkinan masih selamat dalam proses pencarian ini. [rif]