BARISAN.CO – Dalam beberapa diskusi parenting, saya sering kali mendapat pertanyaan tentang bagaimana mengasuh (anak (laki-laki khususnya) yang cenderung aktif, di beberapa kesempatan kata ‘aktif’ disebutnya oleh orangtua yang bertanya sebagai ‘nakal’, senang ‘membuat kesal’ dan beberapa sebutan lain yang tidak asing di telinga kita sebagai bagian cara atau ekspresi orangtua menghadapi anak-anak di rumah.
Beberapa tahun belakangan ini saya berusaha mendalami tentang pola asuh kebanyakan orangtua, dan juga saya sendiri sebagai orangtua – hanya anak saya kebanyakan perempuan – di mana pola asuh yang banyak saya dapati cenderung dominan. Orangtua menjadi otoriter, atau dalam beberapa kejadian, karena frustasi, justru malah sebaliknya menjadi permisif.
Para orangtua yang termasuk kategori generasi Y cenderung menggunakan pola kepengasuhan anak yang diadopsi sebagian besar dari pola kepengasuhan orangtua mereka yang masuk ke dalam kategori generasi X atau generasi kakek neneknya yaitu baby boomer.
Sebagian besar kita mungkin mengalami proses pendidikan dan pengasuhan oleh orangtua kita para baby boomers atau generasi X yang cenderung menggunakan gaya otoriter dan mengedepankan penanaman perilaku sesuai kultur keluarga atau daerah tempat tinggal, lalu mendorong lebih ketat untuk belajar demi cita-cita sesuai harapan orangtua.
Setiap keluarga, setiap anak, dan setiap situasi berbeda. Terkadang, sekadar mengubah cara kita membingkai peran mengasuh anak dapat memberikan gambaran yang cukup jelas. Pikirkan keluarga dan rumah Anda sebagai sebuah perusahaan.
Anda dan pasangan Anda adalah CEO perusahaan. Dalam skenario ini, fokus Anda menjadi pemimpin yang efektif, bukan penurut atau diktator. Tergantung pada situasinya, Anda dapat mengambil peran sebagai teman, mentor, pelatih, atau petugas penegak hukum. Dalam setiap situasi, Anda ingat bahwa Anda adalah pemimpin, mampu memberikan bimbingan, pelatihan, dan dorongan.
Di beberapa tulisan tentang gaya kepengasuhan model ini para ahli menyebutnya dengan istilah ‘democratic parenting’. Karakteristik kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau di rumah pada praktiknya tentu tidak sama, seperti disebutkan di atas. Kita bisa memulai dengan mencoba menghadirkan beberapa karakteristik leadership yang efektif dalam gaya kepengasuhan kita.
Apa yang membantu Anda mempersiapkan pemimpin yang baik?
1. Berikan Kepercayaan
Sesungguhnya anak-anak lebih cenderung dengan sukarela mengikuti dan mendengarkan seseorang yang mereka hormati dan percayai. Orangtua harus membangun kepercayaan dengan menetapkan batasan yang masuk akal dan menindaklanjutinya.
Orangtua perlu menjadi pendengar yang baik untuk anak-anak dalam berkomunikasi. Anak-anak (sebagai calon pemimpin), akan efektif jika memiliki cukup waktu untuk terlibat dalam kesenangan dan kenyamanan setelah mereka merasa dipercaya oleh orangtua mereka.
Mereka akan senang, nyaman dengan aturan yang logis, mereka akan bersikap mandiri dan belajar mengambil resiko karena mendapat kepercayaan.
2. Berikan Pelatihan Keterampilan Hidup yang Dibutuhkan Oleh Seorang Pemimpin
Anak-anak memiliki keinginan bawaan untuk menyenangkan orang tua mereka, tetapi mungkin tidak memiliki pengalaman atau kematangan perkembangan.
Sebagai orangtua yang sedang mempersiapkan calon pemimpin, kita dapat membantu anak-anak memperoleh keterampilan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam hidup .
Pelatihan ini diberikan secara bertahap, dalam langkah-langkah kecil dari waktu ke waktu, dan tentunya sesuai dengan tahapan perkembangan usianya.
Para pemimpin sejatinya memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari proses pelatihan dan menggunakannya sebagai peluang untuk berkembang.