Tidak semua listrik yang diproduksi tercatat sebagai penjualan PLN. Sebagiannya hilang karena berbagai sebab, yang dikenal sebagai Transmission and Distribution Losses.
BARISAN.CO – Kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 72,75 giga watt (GW). Meningkat dari sebesar 69,68 GW pada tahun 2019. Selama era 2014-2019, kapasitas bertambah sebesar 19,23 GW. Dengan demikian, Program 35.000 Mega Watt (35 GW) sebenarnya tidak tercapai.
Jika dilihat secara persentase selama lima tahun, era 2014-2019 hanya bertambah sebesar 38,12%. Sedangkan pada era 2009-2014, meski tambahannya hanya 18,15 GW namun secara persentase mencapai 56,18%.
Hal itu disampaikan Awalil Rizky dalam kuliah daring yang diselenggarakan oleh Pusat Belajar Rakyat (12/01/2022) pukul 16.00 WIB. Kuliah pengantar ekonomi Indonesia oleh Awalil diadakan tiap hari Selasa dan Jumat sore, yang terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Topik pada Selasa lalu tentang Minerba dan Listrik.
Dijelaskan bahwa pembangkit listrik yang terpasang saat ini tidak seluruhnya dimiliki oleh PLN. PLN sebesar 43,19 GW atau 59,37%. Sedangkan NonPLN sebesar 29,56 GW atau 40,63%.
Secara wilayah, pembangkit listrik terbesar masih 63,32% berada di Pulau Jawa-Bali-Nusra. Disusul wilayah Sumatera sebesar 20,33% dari total terpasang.
Dilihat dari bahan bakar utama pembangkit, yang paling banyak digunakan adalah batu bara, yang mencapai sekitar 63%. Disusul oleh gas alam sebesar 19%, minyak sebesar 6%, air sebesar 6%, dan energi terbarukan sebesar 6%.
Dari kapasitas terpasang tersebut, produksi atau penyediaan tenaga listrik pada tahun 2020 mencapai 272 ribu giga watt hour (GWh). Produksi PLN sebesar 177 ribu GWh. Sisanya dari NonPLN yang dibeli oleh PLN, sesuai peraturan.
Tenaga listrik yang tersedia itu dijual oleh PLN kepada berbagai pihak, yang tercatat mencapai 79 juta pelanggan. Penjualan tahun 2020 sebesar 242.598 GWh, antara lain kepada: sektor industri (72.239,85 GWh), sektor rumah tangga (112.155,85 GWh), sektor komersial (42.819,32 GWh) dan sektor publik (16.367,71 GWh).
Pada tahun 2020 ketika perekonomian terdampak pandemi, penjualan listrik sedikit menurun dibanding tahun 2019 yang sebesar 245.518 GWh. Kepada sektor industri dan sektor komersial mengalami penurunan signifikan, sedang kepada sektor rumah tangga justru meningkat. Akibatnya, porsi sektor industri turun dari 31,72% (2019) menjadi 29,46% (2020). Sektor rumah tangga meningkat dari 42,25% menjadi 46,45%.