“Hari kanker sedunia adalah platform inklusif untuk suara-suara dari seluruh penjuru dunia, termasuk area terpencil.”Dr. Roger Damsey SVP (Global Oncology Clinical Research MSD)
BARISAN.CO – Pada tahun 200, KTT Dunia Melawan Kanker yang diadakan di Paris menjadi awal mula Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari.
Pada pertemuan itu, para pemimpin lembaga pemerintah bersama dengan organisasi kanker dari seluruh belahan dunia menandatangani Piagam Paris Melawan Kanker, sebuah dokumen yang berisi 10 artikel menguraikan komitmen global secara kooperatif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dan investasi berkelanjutan untuk memajukan penelitian, pencegahan, dan pengobatan kanker. Pasal X piagam tersebut secara resmi menyatakan 4 Februari sebagai Hari Kanker Sedunia.
Di tahun 2022 ini, dengan mengangkat tema bersama kita akan mengalahkan kanker, mengajak semua pihak berpartisipasi dalam peringatan ini. Ada beragam cara yang dapat dilakukan, seperti membagikan cerita, membuat poster, menggalang dana untuk penelitian kanker, berdonasi, membuat acara, atau advokasi untuk bertindak.
Jumlah penderita kanker di dunia tahun 2020 di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 18,1 juta kasus. Dari jumlah itu, 9,3 juta diantara terjadi pada laki-laki dan 8,8 juta lainnya terjadi pada perempuan.
Berdasarkan data World Cancer Research Fund, kanker payudara dan kanker paru-paru menjadi kanker menyumbang paling banyak dari jumlah kasus baru yang didiagnosis tahun 200 sebesar 12,5 persen dan 12,2 persen. Dan, kanker kolorektal menjadi kanker terbanyak ketiga dengan jumlah kasus baru di tahun yang sama sebanyak 10,7 persen.
Sedangkan, melansir World Life Expectancy, lima jenis kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara, paru-paru, prostat, usus besar, dan hati.
World Health Organization menyebut kanker bertransformasi dari sel normal menjadi sel tumor dalam proses bertahap yang umumnya berkembang dari lesi pra-kanker menjadi tumor ganas. Perubahan ini hasil interaksi antara faktor genetik sesorang dengan tiga faktor eksternal, antara lain ialah karsinogen fisik seperti radiasi ultraviolet dan pengion, karsinogen kimia berupa komponen asap tembakau, alkohol, aflatoksin (pencemar makanan), dan arsenik (pencemar minuman), serta karsinogen biologis yakni infeksi virus, bakteri, atau parasit tertentu.
Melalui lembaga penelitian kanker milik WHO, International Agency for Research on Cancer (IARC), kasus kanker meningkat secara dramatis seiring bertambahnya usia. Untuk mengurangi risiko kematian akibat kanker, WHO menyarankan untuk mendeteksinya secara dini, baik melalui diagnosis dini dan juga skrining.
Diagnosis Dini
Jika teridentifikasi lebih awal, kanker lebih mungkin dapat diobati dan mendapatkan perawatan. Sehingga kemungkinan bertahan hidup cenderung lebih tinggi.
Diangnosis terdiri dari tiga komponen, yaitu:
- Menyadari gejala dari berbagai bentuk kanker dan pentingnya mencari nasihat medis ketika mendapati temuan abnormal,
- Mengakses evaluasi klinis dan layanan diagnostik, serta
- Rujukan tepat waktu ke layanan pengobatan.
Program kanker perlu dirancang mengurangi keterlambatan, hambatan, diagnosis, pengobatan, dan perawatan yang suportif.
Skrining
Bertujuan mengidentifikasi individu berdasarkan temuan sugestif kanker atau pra-kanker tertentu sebelum gejala berkembang. Saat terindentifikasi kelainan selama skrining, perlu adanya tes lanjutan, seperti rujukan untuk pengobat jika terbukti memiliki kanker.
Sayangnya, program skrining tidak efektif untuk semua jenis kanker dan secara umum jauh lebih kompleks dan intensif sumber daya daripada diagnosis dini karena perlu peralatan khusus dan personel yang berdedikasi.
Bahkan, program diagnosis dini masih diperlukan untuk mengidentifikasi kasus kanker yang terjadi pada orang yang tidak memenuhi kriteria usia atau faktor risiko terhadap skrining. Contoh metode skrining antara lain ialah tes HPV, tes sitologi dan inspeksi visual untuk kanker serviks, serta skrining mamografi untuk kanker payudara bagi perempuan berusia 50 hingga 69 tahun yang tinggal di lingkungan dengan sistem kesehatan yang relatif bagus. Meski begitu, perlu adanya jaminan kualitas dalam program diagnosis dini dan skrining.