Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Akibat Kekeringan di Madagaskar, Masyarakat Terpaksa Memakan Belalang dan Kaktus untuk Bertahan Hidup

Redaksi
×

Akibat Kekeringan di Madagaskar, Masyarakat Terpaksa Memakan Belalang dan Kaktus untuk Bertahan Hidup

Sebarkan artikel ini

Kekeringan yang melanda di Madagaskar bahkan memaksa penduduknya memakan belalang dan kaktus karena kekeringan dan badai pasir yang berturut-turut menghantam.

BARISAN.CO – Istilah dunia ketiga telah berkembang pesat sejak pertama kali dicetuskan oleh sejarawan prancis, Alfred Sauvy di tahun 1952. Saat itu, dunia ketiga dimaksudkan pada negara-negara yang tetap netral dan tidak bersekutu dengan pihak mana pun.

Namun, setelah berakhirnya Perang Dingin di awal 1990-an, maknanya mengalami pergeseran. Kini, definisinya menjadi negara yang menampilkan tingkat kemiskinan yang tinggi, ketidakstabilan ekonomi, dan kurangnya sumber daya manusia yang esensial daripada negara-negara lainnya di dunia.

Berdasarkan data World Population Review, Madagaskar masuk ke dalam dunia ketiga itu. Dengan jumlah penduduk berkisar 29.178.077 jiwa, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madagaskar hanya 0,519 atau berada di urutan ke-31 dengan IPM terendah di dunia.

Bukan itu saja, World Life Expectancy mencatat, Madagaskar berada di urutan ke-10 dengan jumlah kematian tertinggi di dunia akibat malnutrisi. Geografi negara kepulauan ini tergolong unik dan terisolasi menjadi salah satu penyebab kemiskinan di sana. Bagi kaum miskin yang sebagian besar bergantung dari pertanian dan perikanan, perubahan iklim amatlah merugikan. Ketinggian air terus meningkat dan lokasinya membuat Madagaskar sangat rentan terhadap angin topan.

Kekeringan yang melanda menyebabkan orang-orang menjual barang-barangnya untuk membeli makanan. Namun begitu, harga makanan di pasar sangat mahal. Bahkan penduduk Madagaskar Selatan memakan belalang dan kaktus karena kekeringan dan badai pasir yang berturut-turut menghantam.

Laporan Program Pangan Dunia PBB (WFP) per 30 April 2021, melaporkan, ratusan ribu orang Madagaskar berada di ambang kelaparan. Direktur Senior Operasi Global WFP, Amer Daodi memperingatkan, kehidupan anak-anak Malagasi berada dalam bahasa, terutama mereka yang berusia di bawah usia 5 tahun kekurangan gizi telah mencapai tingkatan menghawatirkan.

Penyebab Kelaparan di Madagaskar

Mengutip Imperial College London, para tim ilmuwan internasional bersepakat bahwa pendorong utama krisis utama di Nigeria adalah kemiskinan, Covid-19, dan kerentanan. Setelah dua tahun curah hujan di bawah rata-rata, Madagaskar Selatan mengalami kekeringan parah. Itu berdampak pada gagal panen dan krisis kemanusian yang memengaruhi lebih dari satu juta orang serta puluhan ribu orang lainnya menghadapi kondisi kelaparan.

Para ilmuwan World Weather Attribution (WWA), sebuah kolaborasi internasional ilmuwan iklim yang menilai peran perubahan iklim dalam peristiwa cuaca ekstrem telah menghitung pengaruh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia pada tingkat curah hujan di wilayah itu.