Al-Ya’qubi atau Ahmad bin Abi Ya’qub Ishaq merupakan ilmuwan muslim di bidang ilmu geografi, karyanya Kitab al-Buldan adalah kitab tertua sejarah ilmu geografi.
BARISAN.CO – Bagaimanakah manusia sekarang jika tanpa peta. Ketika bepergian tidak lagi mengetahui arah dan situasi di mana posisi berada, hendak kemana dan dari arah mana. Pastinya peta dan kompas menjadi alat bantu yang sangat berguna. Banyak profesi seseorang yang menggunakan jasa dari ilmu geografi yang diantaranya peta, misalkan; pilot, nahkoda, astronout, bahkan seorang musafirpun akan sangat terbantu untuk mengetahui arah mata angin.
Dalam kaitan ilmu geografi, sejarah mencatat seorang Muslim bernama al-Ya’qubi yang hingga kini pun karya-karya mereka masih menjadi bahan referensi di bidang ilmu geografi. Dia hidup di Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Abbasiyah, al-Mu’tamid (257 H/870 M – 279 H/892 M).Selain pakar pada bidang geografi, al-Ya’qubi juga dikenal sebagai seorang sejarawan dan pengembara.
Tidak diketahui secara pasti tanggal lahir dari tokoh bernama lengkap Ahmad bin Abi Ya’qub Ishaq bin Ja’far bin Wahab bin Waddih ini. Hanya yang jelas, kakeknya adalah seorang maula ‘(budak) khalifah Abbasiyah, al-Mansur.
Kariernya terbilang cukup cemerlang di pemerintahan. Ia misalnya pernah menjadi sekretaris al-khalifah (negara) Abbasiyah. Ia juga sempat mengadakan pengembaraan panjang ke Armenia, Transoksania (Asia Tengah), Iran, India, Mesir, Hedzjaz (Hijaz) serta Afrika Utara. Dalam pengembaraannya tersebut banyak informasi tentang sejarah dan geografis yang ia peroleh.
Al-Ya’qubi: Kitab Geografi Tertua
Berdasarkan pengalamannya pergi ke sejumlah negara, maka pada tahun 891 al-Ya’qubi menulis sebuah buku berjudul Kitab al-Buldan (Buku Negeri-negeri). Buku ini termasuk kitab yang tertua dalam sejarah ilmu geografi dunia. Karenanya, buku tersebut pun lantas diterbitkan kembali oleh sebuah penerbit di Leiden, Belanda, dengan mengambil judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae.
Misteri sebuah tempat, memikat hati Ya’qubi ini. Ilmuwan yang lahir di Asia Kecil ini, kemudian menelusuri dan menyingkap beragam tempat yang ia kun jungi dan dikisahkan oleh orang-orang yang ia jumpai setelah melakukan sebuah perjalanan. Ketertarikan Ya’qubi, demikian ia sering dipanggil, membuahkan sejumlah karya dalam bidang yang kemudian akrab disebut geografis .
Paling tidak ada dua karya yang melambungkan namanya, yaitu Mujam al-Udaba atau Kamus Orang-orang Terpelajar. Sedangkan buku lainnya yang secara khusus membicarakan tentang bidang yang ia kuasai, geografis, berjudul Muajam al-Buldan atau Kamus Negara-negara.
Dua karya tersebut memiliki ketebalan sampai 33.180 halaman. Mujam al-Buldan, merupakan sebuah ensiklopedia geografis yang lengkap, yang mengambil hampir seluruh wilayah yang ada di abad pertengahan dan kejayaan Islam. Dalam menjelaskan sebuah tempat, Ya’qubi memasukkan hampir seluruh aspek yang terkait tempat tersebut.
Ya’qubi menguraikan tentang aspek arkeologi, etnografi, antropologi, ilmu alam, geografis, dan koordinat dari setiap tempat yang ia jelaskan dalam ensiklopedianya itu. Bahkan, ia juga memberikan nama untuk setiap kota, menginformasikan monumen dan bangunan megah di kota itu. Tak lupa pula, Ya’qubi mengisahkan tentang sejarah sebuah tempat, populasi, sampai figur atau sosok ternama dari tempat atau kota yang ia jelaskan.
Ketelitian
Untuk mendapatkan informasi perinci yang ia gunakan dalam ensiklopedianya itu, ia melangkahkan kakinya ke sejumlah wilayah. Ya’qubi bepergian ke Persia, Arabia, Irak, dan Mesir. Ia sendiri saat itu menetap di Allepo, Suriah. Ia membangun relasi dan pertemanan dengan para geografer dan sejarawan.
Ia mengorek kumpulan fakta dari mereka dan juga para wisatawan. Namun, hal yang paling penting dan ini menjadi ruh dalam ensiklopedianya itu, ia menuliskan fakta-fakta yang dikumpulkan dari perjalanan-perjalanan yang ia lakukan sendiri dan dari orang yang ia temui saat ia melakukan sebuah perjalanan.