Scroll untuk baca artikel
Blog

Teror Hantu Tanpa Kepala

Redaksi
×

Teror Hantu Tanpa Kepala

Sebarkan artikel ini

Oleh: Agung Wibowo

PAK Tarso lama merenung di dalan pos ronda. Malam ini adalah giliran jaganya. Padahal dia sudah mendapat giliran jaga pada malam sebelumnya. Namun para tetangga tidak mau datang untuk berjaga karena adanya isu teror hantu tanpa kepala yang selalu muncul pada malam Jum’at seperti saat ini.

Teror itu muncul sejak adanya seorang warga yang meninggal terbunuh. Tepatnya pada malam Jum’at tiga bulan lalu. Korbannya adalah Jimin teman Pak Tarso. Pelakunya adalah istri Jimin sendiri, Rini bersama pria simpanannya. Motif pembunuhan itu berlatar belakang perselingkuhan. Dan sang pelaku telah menjadi buron dengan membawa serta harta simpanan korban.

Pak Tarso hanya ditemani Mas Karto seorang pemuda kampung. Mereka berdua duduk di dalam pos ronda sambil menikmati kopi dan merokok.

“Mas Karto, sebetulnya saya heran. Setiap giliran saya jaga ronda, kenapa tidak pernah bertemu dengan hantu tanpa kepala yang katanya datang tiap malam Jum’at begini. Padahal saya sudah pernah jaga pada hari yang sama beberapa waktu lalu,” kata Pak Tarso kepada Mas Karto.

“Pak Tarso, mohon jangan ngomong begitu tho! Saya nanti takut beneran kalau ketemu hantu itu. Bisa-bisa saya mati berdiri jadi hantu penasaran juga. Saya khan belum kawin, Pak. Saya niat menemani jaga karena berpikir sama seperti Bapak. Karena aneh setiap malam Jum’at giliran Bapak jaga nggak ada yang namanya gangguan hantu. Makanya saya berani jaga ronda mewakili bapak saya,” ujar Karto.

“Ya uwis, ya sudah. Saya nggak mau ngomongin hantu lagi. Bisa-bisa kamu malah pulang ndak mau menemani saya jaga,” kata Pak Tarso.

“Saya cuma heran sama si hantu itu. Apa karena katanya hantu itu arwah penasaran si Jimin temanku, sehingga tepat giliranku jaga, dia ndak mau nakuti saya,” kata Pak Tarso sambil mengerutkan alisnya.

“Haizzz … Pak Tarso ini semakin membuat saya merinding. Kenapa Bapak malah minta ditemui si hantu itu? Hiiiii …” kata Karto ketakutan.

“Karto … Karto, kamu ini kok takut sama hantu. Kita itu seharusnya khawatir kalau ketemu penjahat yang menyamar jadi hantu. Sudah sana, kamu keliling dulu sebentar! Kalau ada hal yang mencurigakan, kamu pukul kentongan!” ujar Pak Tarso.

“Baik, Pak! Nanti gantian ya!”

Karto berjalan menyusuri jalan kampung yang gelap berbekal senter dan kentongan. Malam ini seperti tidak biasanya karena angin dingin serasa menusuk tembus ke dalam sweater-nya.

Bulan yang bersinar temaram, membantu menerangi jalan sekitar kampung. Rerimbunan pohon dan daun bergesekan, menimbulkan suara karena terpaan angin.