“Kami benar-benar tahu bagaimana memecahkan setiap masalah itu. Yang hilang adalah kemauan politik,” Richard Fuller (Pendiri Aliansi Global untuk Kesehatan dan Polusi)
BARISAN.CO – Sebuah studi terbaru menemukan, polusi membunuh 9 juta orang per tahun di dunia. Angka kematian itu dikaitkan dengan udara kotor dari mobil, truk, dan industri yang meningkat sejak tahun 2000.
Menurut studi jurnal teranyar The Lancet Planetary Health, India dan Cina memimpin dengan sekitar 2,4 juta dan 2,2 juta jumlah kematian per tahun. Kedua negara tersebut juga memiliki populasi terbesar di dunia.
Studi itu menyebut, polusi membunuh orang dengan jumlah sama seperti gabungan antara perokok aktif dan perokok pasif.
Mengutip AP, direktur Program Kesehatan Masyarakat dan Observatorium Polusi Global di Boston College, Philip Landrigan mengatakan, 9 juta kematian adalah banyaknya kematian.
“Kabar buruknya, tidak berkurang. Kami mendapatkan keuntungan dalam hal yang mudah dan kami melihat hal yang lebih sulit yaitu polusi udara ambient (industri luar ruang) dan polusi kimia masih meningkat,” kata Philip.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas George Washington, Dr. Lynn Goldman menegaskan, seharusnya kematian itu dapat dicegah.
“Perhitungannya masuk akal. Sehingga, jumlah kematian sebenarnya mungkin lebih tinggi,” terang Lynn.
Sertifikat kematian memang tidak gamblang mengatakan penyebab kematian adalah polusi. Philip menyampaikan, yang ditulis di sertifikat penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, masalah paru-paru, dan diabetes yang berkaitan erat dengan polusi berdasarkan studi epidemiologi. Dengan cara yang sama, para ilmuwan dapat menjelaskan, rokok menyebabkan kematian seperti jantung dan kanker.
“Tiga perempat kematian akibat polusi secara keseluruhan berasal dari polusi udara dan bagian terbesarnya berasal dari kombinasi polusi berupa sumber tidak bergerak yakni pembangkit listrik tenaga batu bara dan pabrik baja. Sedangkan sumber bergerak seperti mobil, truk, dan bus. Dan itu hanya masalah global yang besar,” ujar Philip.
Dia mengungkapkan, di negara-negara berkembang dan kota yang sedang tumbuh, itu justru semakin memburuk.
Di New Delhi, India misalnya, polusi udara memuncak pada bulan musim dingin dan tahun lalu, hanya dua hari kota itu tidak tercemar. Ini menjadi pertama kalinya dalam empat tahun, New Delhi mendapatkan udara bersih selama musim dingin.
Anumita Roychowdhury, direktur kelompok advokasi Center for Science and Environment di New Delhi memaparkan, polusi udara tetap menjadi penyebab utama kematian di Asia Selatan.
“Tetapi, peningkatan kematian ini berarti emisi beracun dari kendaraan dan pembangkit energi meningkat. Data ini adalah pengingat apa yang salah, tetapi juga kesempatan untuk memperbaikinya,” papar Anumita.