PRABOWO dikhianati, kemudian digembosi. Pasangan capres dan cawapres Megawati dan Prabowo kalah pada pilpres 2009. Sejak itu keduanya menjadi oposisi pemerintahan SBY, hasilnya cukup menakjubkan. Sebagai oposisi, kekuatan politik Megawati dan Prabowo terus menguat. Hasilnya, perolehan suara PDIP dan Gerindra melonjak pada pileg 2014, masing-masing mendapat 18,68% (dari 14,03%) dan 11,81% (dari 4,46%).
Kemudian keduanya pisah pada pilpres 2014. Prabowo maju sebagai capres, berpasangan dengan Hatta Rajasa.
Ada yang berpendapat Prabowo harusnya menang pada pilpres 2014, tapi dikhianati. Mungkin maksudnya dicurangi. Hal seperti ini pernah dikeluhkan oleh Megawati dan Prabowo, juga JK-Wiranto pada pilpres 2009. Bisa saja keluhan kecurangan ini benar. Kemudian, ada juga yang klaim Prabowo harusnya juga menang di pilpres 2019, tapi juga dikhianati.
Artinya, Gerindra dan Prabowo sudah menjadi kekuatan politik yang riil, ancaman bagi partai politik manapun. Perolehan suara Golkar memang masih besar, tetapi tidak ada capres yang mumpuni. Gerindra dengan Prabowo melampaui Golkar dan juga Demokrat yang mulai tenggelan sejak 2014 hingga sekarang.
Oleh karena itu, Prabowo dan Gerindra harus digembosi. Bahaya.
Makanya, Prabowo ditarik ke dalam kabinet 2019 sebagai Menhan. Tujuannya agar pendukung Prabowo marah, dan perolehan suara Gerindra turun. Gerindra digembosi.
Apakah berhasil? Kita lihat pilpres 2024 nanti. Yang pasti, Prabowo secara pribadi akan kehilangan banyak dukungan untuk menjadi capres lagi, karena para pendukungnya merasa kecewa ditinggal dengan bergabungnya Prabowo ke dalam lingkaran kekuasaan.
Dalam 2 periode kekuasaan Jokowi dengan para sponsor pendukungnya, Indonesia terlihat tidak menjadi lebih baik. Bahkan terjadi kemunduran secara umum.
Selain itu, perseteruan kubu Jokowi dengan Megawati juga terlihat semakin runcing. Kalau terus merasa dikhianati, antara lain mencalonkan Ganjar sebagai capres, Megawati sepertinya tidak akan pernah bisa memaafkan Jokowi, seperti Megawati tidak pernah bisa memaafkan SBY.
Untuk itu, Megawati harus berani melakukan koreksi atas “kesalahan” 2 periode ini. Harus kembali ke partai rakyat yang memikirkan rakyat bawah, bukan memperkaya orang yang sudah kaya (oligarki), kembali menjadi nasionalis sejati.
Kombinasi PDIP dan Gerindra akan bisa membuat perubahan signifikan bagi bangsa dan negara. Megawati dan Prabowo harus iklas menjadi kingmaker, mengambil calon presiden yang benar-benar nasionalis, demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Rakyat Indonesia berdoa agar semua itu bisa terjadi.