Scroll untuk baca artikel
Blog

Mimbar Virtual: Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Tentang Sanitasi dan Kualitas Air dalam Pencegahan Stunting

Redaksi
×

Mimbar Virtual: Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Tentang Sanitasi dan Kualitas Air dalam Pencegahan Stunting

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Salah satu indikasi tingkat kesejahteraan yang makin luas diterima adalah data tentang stunting. Yaitu bayi bawah lima tahun atau balita yang pendek dan sangat pendek dibanding ukuran normal pada usianya. Hal itu dianggap mencerminkan banyak aspek dari kesejahteraan dan kemiskinan. Tidak hanya terkait pendapatan atau pengeluaran, melainkan juga akses penduduk terhadap layanan kesehatan dan kecukupan gizi.

Menurut Word Health Organization (WHO), prevalensi balita stunting (pendek dan sangat pendek) menjadi masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih. Indonesia kurang menggembirakan jika dilihat pada aspek ini. Persentase balita pendek dan sangat pendek Indonesia masih selalu di atas 20 persen. Pada tahun 2018, terdapat sebanyak 30,8 persen balita stunting di Indonesia.

Kondisi tersebut cukup disadari oleh pemerintah, dan menjadi prioritas ditangani selama beberapa tahun terakhir ini. Bahkan, Presiden Joko Widodo menargetkan pada tahun 2024 dapat ditekan hingga di kisaran 14%.

Jumlah kasus stunting di Indonesia memang berhasil diturunkan mencapai 27,67% (2019) dan 26,92% (2020). Akan tetapi masih jauh di atas rekomendasi WHO dan target Presiden Jokowi. Ditambah soal Indonesia yang mengalami bonus demografi membuat stunting masih menjadi ancaman serius karena mereka akan menjadi usia produktif di masa mendatang.

Stunting terutama disebabkan kekurangan gizi. Namun, berbagai kajian menemukan bahwa sanitasi buruk pun memicu stunting. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 pun kemudian menargetkan peningkatan akses sanitasi dan air minum yang aman serta berkelanjutan bagi masyarakat.

Air limbah domestik yang tidak dikelola dengan aman berakibat pada penurunan kualitas air permukaan dan air tanah yang menjadi sumber air minum. Sanitasi dan kualitas air yang buruk menjadi risiko utama pengerdilan di seluruh dunia.

Pemerintah DKI Jakarta mendukung program pemerintah pusat tersebut antara lain melalui Perumda Paljaya dan PAM JAYA sebagai BUMD. Paljaya menyediakan layanan penyotan lumpur tangki septik dan layanan pengolahan lumpur tangki septik di Instalasi Pengolahan Lumpur Linja di Pulo Gebang dan Duri Kosambil. Berdasarkan kriteria desain SNI, penyedotan perlu dilakukan secara berkala minimal satu kali dalam 3 tahun untuk menghindari pengendapan dan pencemaran pada sumber air sekitar.

Sedangkan PAM JAYA sebagai BUMD yang memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat DKI Jakarta secara menyeluruh, berkualitas dan berkesinambungan.