Scroll untuk baca artikel
Blog

Tilik yang Menggelitik

Redaksi
×

Tilik yang Menggelitik

Sebarkan artikel ini

Oleh: Chusnatul Jannah*

Barisan.co – Potret realitas kehidupan emak-emak nampak natural dalam film pendek Tilik garapan sutradara Wahyu Agung Prasetyo. Sosok Bu Tejo sebagai pemercik gosip; Bu Tri yang menambah bumbu gosip itu makin terlihat sip; Yu Ning yang selalu berpositif thinking hingga Yu Sam yang memilih bersikap netral, menggambarkan kehidupan emak-emak yang tak jauh dari dunia pergunjingan.

Di film itu, sosok Dian sebagai kembang desa menjadi bahan gunjingan di kalangan ibu-ibu. Berawal dari niat tilik (menjenguk) ke Bu Lurah yang sakit di Rumah Sakit, obrolan tentang Dian terjadi di sepanjang jalan di dalam truk. Pro kontra mengenai Dian sebagai perempuan nakal mewarnai perbincangan tersebut. Kisah film pendek Tilik menggambarkan fenomena sebagian masyarakat yang menganggap internet sebagai sumber informasi paling akurat.

Ada pelajaran penting dari film yang cukup menggelitik tersebut:

Pertama, internet sebagai informasi bagai pisau bermata dua. Tatkala internet digunakan untuk hal positif dan bernilai kebaikan tentu menjadi sarana yang bermanfaat bagi masyarakat. Namun, jika internet justru disalahgunakan untuk menyebar berita hoaks atau tindak kriminal, maka hal ini sangat merugikan bahkan bisa berbuah menyesatkan bagi masyarakat.

Seperti halnya sosok Dian yang dicurigai sebagai perempuan nakal. Belum diketahui dengan benar faktanya, tapi sudah menuding yang bukan-bukan.

Sama halnya dengan film yang juga viral, Jejak Khilafah di Nusantara. Ada yang menilai film itu penuh halu tingkat sultan, minim literasi, tabrakan dengan pengetahuan geopolitik, antropologi, dan sosial ekonomi global. Eh ternyata dia hanya skip film itu karena merasa sudah bisa menebak alur film dari judulnya. Hebat bener. Macam kayak peramal saja sudah bisa tebak-tebakan isi cerita filmnya. Bukankah ini sikap ngehalu juga ya? Atau lebih tepatnya berasumsi dan berimajinasi sendiri.

Kedua, ghibah tanpa klarifikasi kebenaran informasi bisa menjadi fitnah. Maka dari itu Islam selalu mengedepankan tabayun sebelum menjustifikasi seseorang. Ingat! dosa menggunjing bagai memakan bangkai saudaranya sendiri.

Firman Allah Ta’ala dalam surat Al Hujurat ayat 12 menyatakan, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa. Jangan pula kalian memata-matai dan saling menggunjing. Apakah di antara kalian ada yang suka menyantap daging bangkai saudaranya sendiri? Sudah barang tentu kalian jijik padanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allaah Maha menerima taubat dan Maha Penyayang.”