Scroll untuk baca artikel
Terkini

Presdir RAI: PT DI Punya Banyak Insinyur, Tapi Belum Berpengalaman

Redaksi
×

Presdir RAI: PT DI Punya Banyak Insinyur, Tapi Belum Berpengalaman

Sebarkan artikel ini

“Saat ini, PT DI punya banyak insinyur, tapi pengalaman industrinya kurang karena tidak pada waktunya orang-orang ini di-create. Kalau tidak salah, 10 tahunan lagi tidak ada regenerasi insinyur di PT DI.”Ir. Agung Nugroho (Presiden Direktur PT Regio Industri)

BARISAN.CO – Presiden Direktur PT Regio Aviasi Industri (RAI), Ir. Agung Nugroho menyampaikan, Indonesia tidak bisa buat pesawat sendiri karena orang-orang yang berpengalaman sudah pensiun.

Hal itu, disampaikan dalam Forum Dialog Nusantara Seri Dialog: Tantangan Kebangkitan Industri Dirgantara Indonesia pada Rabu (13/7/2022).

“Saat ini, PT DI punya banyak insinyur, tapi pengalaman industrinya kurang karena tidak pada waktunya orang-orang ini di-create. Kalau tidak salah, 10 tahunan lagi tidak ada regenerasi insinyur di PT DI,” ungkap Agung.

Menanggapi soal gap experience, Dr. Yazdi Ibrahim Jenie, dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB menyebut, faktor terpenting adalah adanya keterlibatan di industri itu sendiri.

“Menurut saya industri dirgantara bukan hanya memikirkan masalah keuntungan, peswat yang keren, atau politik apalagi. Tapi faktor terpenting, mengajak siswa atau mahasiswa itu terlibat di industri membuat program khusus untuk menarik minat anak muda,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu juga, Yazdi menambahkan, pemerintah perlu membuat program khusus, seperti lomba, acara kunjungan, dan acara TV seperti Air Crash Investigation.

“Itu salah satu yang bikin anak-anak kita tertarik masuk ke dirgantara. Mungkin buat website sosmed biar lebih relevan sebarkan informasi di sekolah-sekolah, campaign beri program jelas dan terarah buka cabang kontingen,” paparnya.

Lulusan S3 dari Technische Universiteit Delft ini melanjutkan, pemerintah dan industri dirgantara juga perlu meremajakan diri. Dia mengungkapkan, jargon “karya anak bangsa” itu sudah cenderung usang bagi anak muda.

“Mungkin jargon respectfull collaboration lebih kena. Kolaborasi setara dengan pihak luar jadi setaranya itu bagaimana kita saling berpartner dengan luar, tapi kita dihormati juga sama mereka. Kita juga dibutuhkan oleh mereka,” jelas Yazdi.

Dia mengungkapkan, hal terpenting lainnya untuk menarik anak muda tertarik dengan dirgantara adalah jangan membuat mereka kecewa.

Yazdi menceritakan, itu dialami oleh mahasiswanya karena ada pemberitaan tentang drone yang bisa terbang mengangkut sekitar 500 kilogram.

“Saking tertariknya, dia pergi ke tempat drone. Ternyata, sampai sana cuma bisa ngangkut 50 kilo. Jadi, entah beritanya yang boombastis atau untuk menarik investor tentu dibuat yang boombastis,” sebutnya.

Yazdi menjelaskan, masalahnya anak muda sekarang cepat sekali mencari bahkan memvalidasi informasi.

“Jadi yang kayak gitu buat generasi sekarang banyak kecewanya,” tegasnya. [rif]