Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

6 Elemen Keseimbangan Kehidupan Kerja

Redaksi
×

6 Elemen Keseimbangan Kehidupan Kerja

Sebarkan artikel ini

Banyak orang menganggap, bekerja keras dapat menjadi kaya. Namun, AS satu-satunya contoh negara bahwa kerja keras akan menghasilkan lebih banyak kekayaan.

BARISAN.CO – Selama dua dekade terakhir, terjadi peningkatan pekerjaan karena faktor seperti ketidakpastian ekonomi dan rekstrukturisasi organisasi. Seiring dengan terlalu lama bekerja, saat itulah muncul masalah keseimbangan kehidupan kerja.

Akademisi Adam Galinsky menyebut, ada empat domain dalam kehidupan individu jika berbicara tentang keseimbangan kehidupan kerja, yaitu: kehidupan pribadi, pekerjaan, keluarga, serta masyarakat. Sangat penting untuk memerhatikan keempatnya. Misal, orang yang gila kerja tidak memiliki cukup waktu dengan keluarganya.

Sedangkan, melansir Clockify, pakar keseimbangan kerja, Jeff Davidson membaginya dalam enam elemen. Pertama, manajemen diri mulai dari makan, tidur, berolahraga dan lainnya. Karena, saat seseorang kelelahan, itu akan berpengaruh pada pekerjaan dan itu akan mungkin membuat lebih mudah marah yang menyebabkan hubungan dengan keluarga pun rusak.

Selanjutnya, manajemen waktu. Memutuskan prioritas dan bagaimana menyelesaikan semua tugas tepat waktu bisa menjadi tantangan. Jess menyarankan, untuk menetapkan tujuan dan memilih tugas penting dan mendesak lebih dahulu. Ini adalah inti dari teknik matriks Eisenhwower yang dapat meningkatkan keterampilan manajemen waktu.

Ketiga, manajemen stres. Kebisingan dari tempat kerja atau di luar bisa menyebabkan stres. Jadi, untuk mengurangi tingkat stres, kita perlu menemukan cara beradaptasi dengan lingkungan seperti ini. Selain itu, Jeff menyebut, harus menghindari multitasking karena beralih antara proyek satu dengan yang lainnya juga bisa membuat stres.

Kemudian, mengelola perubahan. Tidak peduli tempat bekerja dan apa pekerjaannya, kemungkinan kita diharuskan untuk terbiasa dengan perubahan. Dalam mengelola perubahan ini, kita perlu memastikan, volume perubahan tidak membebani. Ini juga berlaku untuk modifikasi apa pun dalam kehidupan pribadi.

Kelima adalah mengelola teknologi. Awalnya, teknologi agar membuat hidup kita lebih mudah. Namun, dengan perkembangan zaman justru bisa menjadi rumit. Oleh karena itu, ingatlah kita menguasai teknologi, bukan sebaliknya.

Terakhir, mengelola waktu luang. Mengambil cuti adalah elemen penting untuk mencapai keseimbangan kehidupan kerja. Selain itu, upayakan meluangkan waktu dengan berbagai aktivitas agar tidak monoton.

Gen X Lebih Ingin Keseimbangan Kehidupan Kerja

Sebuah laporan Indeks Keyakinan Kerja triwulan LinkedIn mengungkapkan, sepertiga pekerja Australia mempertimbangkan pemotongan gaji jika pekerjaannya menawarkan keseimbangan kehidupan kerja lebih baik, menyenangkan, atau rasa kepuasan lebih besar.

Sebuah studi Aviva juga menunjukkan, sejak pandemi, orang lebih fokus pada keseimbangan kehidupan kerja daripada gaji.

Namun, tiap generasi tampaknya memiliki pandangannya sendiri tentang keseimbangan kerja. Bagi baby boomers misalnya, mencari pekerjaan yang layak dan mencari nafkah merupakan tugas yang menantang. Sehingga, mereka menghargai setiap kesempatan kerja dan menginginkan stabilitas di tempat kerja.

Bagi mereka, keseimbangan kehidupan kerja bukan prioritas utama. Mereka juga cenderung bertahan lebih lama di perusahaan ketimbang generasi selanjutnya. Mengingat fakta ini, 80 persen Baby Boomers memiliki tingkat stres sedang hingga tinggi.

Sedangkan, Gen X melihat orang tua mereka dari generasi Baby Boomers bekerja terlalu banyak dengan sedikitnya keseimbangan kehidupan kerja justru work-life balance menjadi syarat wajib saat mencari pekerjaan.

Berbeda dengan dua generasi tersebut, generasi Milenial ingin ruang kerja menjadi tempat bersenang-senang di sela tugas. Namun, fasilitas ini tidak selalu menjadi elemen penting bagi mereka. Sebaliknya, kekhawatiran terbesar generasi ini adalah mengidentifikasi jalur karir paling cocok yang akan sejalan dengan gaya hidup mereka. generasi Milenial juga menginginkan kesempatan untuk belajar dan tumbuh di antara prioritas selama mencari pekerjaan. Ini aspek agar mereka bertahan lebih lama di perusahaan.