Saat terkena diare, disarankan untuk mengonsumsi menu makan yang sederhana dan tidak mengandung bumbu
BARISAN.CO – Setiap penyintas diare merasakan betul ketidaknyamanannya meski pun itu jenis diare yang paling ringan sekali pun. Terlebih diare berat, semua aktivitas sampai harus berhenti total karena gejala hebatnya terus berulang dan lebih menyita waktu.
Sebagai jenis penyakit yang umum terjadi di masyarakat, nyaris tidak ada orang yang tidak pernah dalam seumur hidupnya mengalami sakit diare. Begitu familiarnya, banyak cara yang sudah orang gunakan untuk mengatasinya, baik dengan cara tradisional maupun medis. Memakan daun jambu biji misalnya agar tidak encer lagi.
Selain itu diare juga lebih sering diasosiasikan dengan masalah pencernaan seperti ketika sembelit, maka umum orang kemudian konsumsi lebih banyak serat atau sayur. Lantas, benarkah perilaku masyarakat yang demikian?
Sebelum kita bahas mengenai penanganan diare perlu kita ketahui apa yang menjadi penyebab terjadinya diare. Dari laman Kementrian Kesehatan disebutkan bahwa pada umumnya diare terjadi akibat mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit.
Hidari serat dan makanan yang dilarang
Maka dr. Husen A Bajri, Ph.D seorang ahli kedokteran holistik juga menekankan bahwa karena penyebabnya adalah virus dan yang semisalnya maka langkah terbaiknya adalah dengan dengan tidak memberikan obat terlebih dahulu.
Hal ini dikarenakan agar bakteri virusnya yang ada di dalam perut bisa segera terkuras melalui feses termasuk dengan tidak mengkonsumsi makanan serat seperti sayur untuk sementara waktu. Sebab serat cenderung akan melembutkan feses dengan membuat buang air besar menjadi lebih lancar. Jadi ketika kita sedang diare justru akan semakin memperparah kondisi diare.
Memang serat juga berjenis; serat tidak larut seperti yang umumnya terdapat pada sayur-sayuran, seperti: kulit buah-buahan, kulit kacang-kacangan, kulit kentang, biji gandum utuh, dedak gandum, produk serealia dari biji-bijian utuh, beras merah, brokoli, bayam, wortel, timun, seledri, selada, zukini, dan tomat.
Dan serat larut seperti beberapa jenis buah: oatmeal, kacang-kacangan, polong-polongan, ubi-ubian, apel, pir, pisang, alpukat, mangga, plum, buah beri, persik, kiwi, dan buah ara. Namun karena jenis serat yang paling umum dikonsumsi masyarakat adalah serat larut yang harus dihindari oleh penyintas diare maka lebih amannya stop secara umum sayur dan buah.
Selain serat, juga perlu menghindari makanan berminyak dan berlemak, sebab menurut penelitian, makanan berminyak dan berlemak dapat menyebabkan otot-otot di dinding saluran cerna menegang, sehingga diare semakin parah. Makanan berminyak dan berlemak juga bisa memperlambat pengosongan lambung dan membuat perut terasa kembung.
Termasuk juga hindari produk olahan susu, sebab saat mengalami diare, disarankan untuk menghentikan konsumsi susu dan produk olahannya sementara waktu. Diare membuat usus kesulitan memproduksi enzim laktase yang diperlukan tubuh untuk mencerna laktosa, yaitu gula pada produk susu.
Kendati demikian, tetap boleh mengonsumsi yoghurt, karena produk olahan susu yang satu ini mengandung probiotik yang baik untuk meredakan gejala diare.
Penting dilakukan saat diare
Saat terkena diare, disarankan untuk mengonsumsi menu makan yang sederhana dan tidak mengandung bumbu, terutama dalam kurun waktu 24 jam pertama sejak mengalami diare. Beberapa riset menunjukkan bahwa makanan atau minuman yang mengandung probiotik dapat mempercepat penyembuhan diare seperti nasi, pisang, kentang rebus, dan roti panggang.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa ketika diare membuat tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit tubuh. Maka jika tidak segera diatasi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang bisa berakibat fatal.