Tombak Cakra Kotagede melambangkan kekuatan dan kewibawaan seorang pemimpin
BARISAN.CO – Tombak Cakra Kotagede terpampang saat Anies Baswedan memberikan pernyataan resmi soal catatan tentang Pilkada 2024.
Melalui channel YouTubenya Anies Baswedan memberikan pernyataan resmi dengan judul “Catatan Anies Pasca Pilpres dan Pendaftaran Pilkada 2024.”
Lantas apa makna dari Tombak Cakra Kotagede yang terpampang tersebut?
Anies Baswedan mendapatkan hadiah Tombak Cakra usai ziarah ke makam Raja-raja Mataram Islam di Kompleks Masjid Kotagede.
Pusaka tersebut diserahkan perwakilan warga Kotagede yang masih keturunan dari Raja Mataram Islam. Perwakilan tersebut yakni Priyo Salim, memberikan cakra dengan menyematkan Asmaul Husna sebagai pengingat untuk Anies.
Saat menerima hadiah tersebut Anies Baswedan mengenang tahun 2015 saat menerima pengembalian cakra Pangeran Diponegoro yang diambil Belanda pada tahun 1828.
Tombak tersebut ujungnya berbentuk bulat dan memiliki dua sisi dengan bertuliskan dua nama Asmaul Husna yaitu Ar Rahman dan Al Malik.
Ar Rahman memiliki makna Yang Maha Pengasih dan Al Malik dimaknai sebagai Yang Merajai atau Raja dari semua Raja.
Priyo Salim berharap Anies Baswedan memiliki dua sifat tersebut yakni sifat Ar-Rahman dan Al-Malik.
“Semoga Pak Anies tetap membawa nilai sifat Al-Malik dan Ar-Rahman di dalam setiap saat kepemimpinannya,” imbuh Priyo.
Makna Tombak Cakra
Tombak Cakra Kotagede merupakan salah satu senjata pusaka yang memiliki nilai filosofi dan makna spiritual mendalam dalam budaya Jawa, khususnya dalam konteks kerajaan Mataram.
Pusaka ini tidak hanya sekadar senjata fisik, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai spiritual yang tercermin dalam simbolisme yang terkandung di dalamnya, termasuk inskripsi Asmaul Husna, yakni Ar-Rahman dan Al-Malik.
Secara filosofis, Tombak Cakra Kotagede melambangkan kekuatan dan kewibawaan seorang pemimpin yang diharapkan mampu menjalankan tugasnya dengan adil dan bijaksana.
Cakra dalam bahasa Sansekerta berarti roda atau cakram, yang sering dikaitkan dengan kekuasaan yang berputar dan dinamis.
Ini menggambarkan siklus kekuasaan yang terus berputar, di mana setiap pemimpin memiliki masanya, namun mereka harus selalu menyadari tanggung jawab yang melekat pada kekuasaan tersebut.
Dalam budaya Jawa, tombak juga melambangkan keteguhan, keberanian, dan ketajaman pemikiran.
Tombak Cakra Kotagede tidak hanya berfungsi sebagai senjata fisik, tetapi juga sebagai simbol spiritual yang mengingatkan pemegangnya akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kekuatan fisik dan spiritual, serta antara dunia materi dan dunia rohani.
Adapun makna Ar-Rahman dan Al-Malik pada Tombak Cakra Kotagede yang merupakan dua dari Asmaul Husna (99 nama indah Allah) yang memiliki makna mendalam.
Inskripsi Ar-Rahman pada tombak ini melambangkan kasih sayang dan rahmat Allah yang meliputi seluruh alam.
Ini mengingatkan pemegang tombak bahwa kekuasaan yang mereka miliki harus digunakan dengan penuh kasih sayang dan kepedulian terhadap rakyatnya.
Seorang pemimpin yang memiliki pusaka ini diharapkan untuk menunjukkan sifat pengasih, memberikan kesejahteraan, keadilan, dan perlindungan kepada semua orang di bawah naungannya.
Sedangkan Al-Malik atau yang Maha Merajai merujuk pada Allah sebagai Raja dari segala raja, pemilik kekuasaan tertinggi yang mutlak.
Dengan adanya inskripsi ini, Tombak Cakra Kotagede mengingatkan bahwa kekuasaan yang dimiliki manusia hanyalah titipan atau amanah dari Allah.
Seorang pemimpin diingatkan bahwa meskipun mereka memiliki otoritas, kekuasaan yang sejati adalah milik Allah, dan mereka harus mengelola kekuasaannya dengan kebijaksanaan, keadilan, dan tanggung jawab, sesuai dengan kehendak-Nya. []