BARISAN.CO – Tak terasa bulan puasa sebentar lagi. Hal itu diketahui dari maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah nomor 01/MLM/I.0/E/2021 tentang penetapan hasil hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1442 Hijriah yang rilis Rabu (10/2).
Jika disimpulkan 1 Ramadhan jatuh pada 13 April, Idul Fitri 13 Mei, 1 Zulhijah 11 Juli, hari Arafah 19 Juli dan Idul Adha 20 Juli 2021.
Penentuan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah tahun ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Metode tersebut merupakan penetapan awal bulan baru dengan menggunakan dua prinsip.
Pertama, ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum matahari terbenam (ijtima’ qablal ghurub) dan bulan sudah terbenam setelah matahari terbenam (moonset after sunset).
Kedua, maka pada petang hari tersebut sudah bisa dinyatakan awal bulan (kalender) hijriyah tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) bulan saat matahari terbenam.
Semua kriteria di atas harus terpenuhi. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka belum bisa dikatakan masuk bulan baru.
Dasar penggunaan hisab ini adalah surat Yunus: 5, Al Isra’: 12, Al An-am: 96, dan Ar Rahman: 5. Serta penasiran astronomis dari surat Yasin: 39 – 40 yang berbunyi, “Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā ‘āda kal-‘urjụnil-qadīm. Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥun.”
Artinya, “Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Dari ayat tersebut, para ulama menggunakannya untuk menentukan Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha. Berbeda dengan Nahdatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyatul hilal atau melihat bulan sabit pada 29 Hijriyah.
Jadi apakah penetapan Ramadan Muhammadiyah dengan NU akan sama tahun ini? Kita tunggu saja ya! []