Ya, pertujukan PM Toh memang hanya memakai properti sederhana, imajinasi lah yang membuatnya istimewa dan luar biasa.
Di satu wawancara, PM Toh mengatakan bahwa pertunjukannya berkeinginan untuk merangsang imajinasi aktif penonton meski lewat benda-benda seadanya. Dalam artian, ia ingin memberi ruang bagi imajinasi untuk bisa menjembatani jarak antara hikayat dengan kenyataan.
Berbeda dengan film, kartun, atau gim misalnya, yang memakai imajinasi pasif. Di mana, ada semacam prinsip truisme agar benda-benda dibentuk dan dimaknai seasli-aslinya, sehingga gayung adalah gayung dan helikopter adalah helikopter. Di sini gayung tidak bisa disebut helikopter seperti PM Toh bisa lakukan.
PM Toh masih terus menutur hikayat sampai detik ini. Belakangan ia tampil di sejumlah iklan layanan pencegahan Covid-19. Masih sama seperti dulu: sederhana, seadanya, imajinatif.
“Kawan-kawan semua di seluruh nusantara. Kita sekarang ngomong soal virus Corona” Sapa PM Toh saat muncul dari sebuah televisi kardus, sambil membawa kresek lecek berwarna merah di tangan kanan. “Ini virus saya pegang di tangan, nanti pindah ke tangan yang satu, lalu nempel ke badan yang lainnya, menyebar ke sana, menempel ke sini!”
Dengan setengah bernyanyi ia mengatakan itu, sambil memindahkan kresek ‘Corona’ dari tangan kanan ke tangan kiri, lalu memasukkannya ke saku baju, dikeluarkan lagi, diayun ke sana ke mari, lalu ditempelkan ke mata sebelah kanan. “Menempel ke sini!”