Ahimsa secara harfiah berarti tidak membunuh. Namun bagi Mahatma Gandhi, mempunyai makna yang luas dan tidak terukur jangkauannya. Ahimsa menurut Gandhi berarti tidak boleh menyinggung perasaan siapa pun, tidak boleh mempunyai pikiran yang buruk walaupun terhadap orang yang mungkin menganggap dirinya musuh kita.
Menurut ajaran Hindu, sebagian dari diri hanya sebagian saja manusia, sebagian lagi masih berupa binatang. Barulah kemenangan atas naluri-naluri rendah kita dengan jalan cinta dapat kita matikan kebinatangannya. Satu cita-cita yang juga dinyatakan secara pelambang dalam nyanyian pertama Bhagawad Gita.
Menurut Gandhi, manusia sebagai binatang itu bersifat himsa, tetapi sebagai roh ia bersifat ahimsa. Itulah sebabnya mengapa ahimsa dapat digunakan sebagai prinsip paling efektif untuk tindakan sosial, karena secara mendalam sesuai dengan kebenaran sifat alami manusia dan sesuai benar dengan keinginan bawaannya akan perdamaian, keadilan, ketertiban, kebebasan dan martabat pribadi.
Ahimsa
Ahimsa merupakan jalan untuk mengubah hubungan-hubungan agar terlaksana peralihan kekuasaan secara damai, dilakukan dengan sukarela tanpa desakan semua yang bersangkutan oleh karena semuanya mengakuinya sebagai hak.
Pada prinsipnya, ahimsa merupakan dasar kelanggengan kehidupan umat manusia, jika tidak antara satu dengan yang lainnya akan selalu konflik, melukai dan membunuh, maka umat manusia sudah sejak dulu sirna dari atas muka bumi.
Dengan demikian apakah ahimsa sudah sepenuhnya ditaati? Gandhi menjawab belum, sebab setiap ada kepentingan remah yang bertentangan, kita sudah memakai kekerasan.
Oleh karena ahimsa ada di dalam sifat alami manusia sendiri. Maka hal itu dapat dipelajari oleh semuanya, walaupun Gandhi dengan hati-hati menyatakan bahwa ia tidak mengharapkan setiap orang untuk mempraktekkan dengan sempurna.
Namun semua orang harus bersedia menanggung resiko dan taruhan bagi ahimsa. Karena kebijakan kekerasan tidak saja telah membuktikan kebusukan tetapi juga mengancam manusia dengan kemusnahan. (Luk)