Scroll untuk baca artikel
Risalah

Ajaran Sunan Kalijaga tentang Makrifat dalam Suluk Linglung

Redaksi
×

Ajaran Sunan Kalijaga tentang Makrifat dalam Suluk Linglung

Sebarkan artikel ini

Suluk Linglung karya Sunan Kalijaga ini mulai banyak dikaji oleh para peneliti dan akademisi. Kitab ini menjadi warisan berharga dari kasepuhan Kadilangu Demak yakni R.Ng. Noto Subroto kepada ibu R.A.Y Supratini Mursidi, keduanya merupakan anak cucu Sunan Kalijaga ke-13 dan 14.

Perjalanan spiritual Sunan Kalijaga tidak dapat lepas dari pertualanggannya menjadi begal atau perampok yang dikenal dengan Brandal Lokajaya. Lalu ia berusaha merampok Sunan Bonang, karena keterbatasan ilmu akhirnya Brandal Lokajaya bertekuk lutut terhadap Sunan Bonang.

Kemudia ia bertaubat oleh Sunan Bonang diajarkan beragam ilmu. Hal yang pertama dilakukan adalah menjaga tongkat Sunan Bonang di pinggir kali yang kemudian Raden Sahid ini dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.

Ajaran Sunan Kalijaga tentang makrifat dalam Suluk Lingkung menekankan betapa pentingnya menjalankan syariat Islam. Sebagai jalur utama menuju ajaran hakiki yakni tentang salat lima waktu, puara ramadan, zakat, hingga haji ke Baitullah.

Jika ia telah kaffah atau sempurna dalam menjalankan ajaran syariat. Lalu Sunan Kalijaga mengajarkan betapa kesadaran diri sangat penting yakni melakukan tirakat dan perenungan diri. Melalui tirakat yang kemudian dikenal dengan nama tarekat dalam ajaran tasawuf merupakan jalan menuju Allah Swt.

Ajaran makrifat Sunan Kalijaga

Inilah ajaran Sunan Kalijaga tentang makrifat, ada beragam aspek mistikisme Suluk Linglung seperti ilmu sejati, konsep suluk, nafsu dan konsep tentang nur Muhammad. Dalam bertirakat atau tarekat ini Sunan Kalijaga mengajarkan pentingnya “tapa” atau menahan nafsu yakni dengan melakukan, Pertama, tapa badan yakni berbicara sopan santun, zakatnya dengan mengerjakan kebaikan.

Kedua, tapa hati yakni sabar, zakatnya bersih dari prasangka buru. Ketiga, tapa nafsu yakni ikhlas, zakatnya adalah menjalani cobaan dan mudah memaafkan. Keempat, tapa ruh yakni berkata jujur, zakatnya tidak mencela.

Kelima, tapa rasa yakni berlaku utama, sedangkan zakatnya diam dan taubat. Keenam, tapa nur yakni berlaku suci, untuk zakatnya berhati ikhlas. Ketujuh, tapa hayu yakni senantiasa waspada, zakatnya selalu ingat Allah Swt.  Diajarkan pula tapa dan perbuatan yang berhubungan dengan martabat tujuh atau tapa tujuh anggota badan.

Ajaran Sunan Kalijaga tentang makrifat dalam Suluk Linglung masih seputar menjalani tirakat tentang tapa. Selanjutnya tapa mata yakni mengurangi tidur, sedangkan zakatnya tidak berharap dan iri terhadap miliki orang lain. Hal ini berkaitan dengan martabat tujuh yakni tapa tentang tujuh anggota badan. Selain mata, tapa mata, hidung, lisan, aurat, tangan dan kaki.