Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Akankah Pandemi Covid-19 Menjadi Pandemi Terakhir?

Redaksi
×

Akankah Pandemi Covid-19 Menjadi Pandemi Terakhir?

Sebarkan artikel ini

“Tidak ada yang perlu diyakinkan bahwa penyakit menular dapat membunuh jutaan orang atau mematikan ekonomi global. Jadi, kita membuat pilihan dan investasi yang tepat, kita bisa menjadikan Covid-19 sebagai pandemi terakhir,”Bill Gates

BARISAN. CO – Pemerintahan Amerika Serikat pada awal tahun ini telah meluncurkan rencana kesiapsiagaan pandemi baru untuk melawan virus yang dapat menyebabkan pandemi berikutnya. National Covid-19 Preparedness Plan setebal 96 halaman itu menguraikan langkah lanjutan negara federal yang sedang berlangsung melawan Covid-19 dan mencegah wabah di masa depan.

Dalam pidato kenegaraan, Presiden AS, Joe Biden menjelaskan, tujuan dari rencana itu bukan untuk belajar hidup berdampingan dengan Covid-19 melainkan untuk terus memeranginya sambil secara bersama, kembali ke rutinitas yang lebih normal dan mempersiapkan wabah di masa depan.

Rencana itu memiliki empat tujuan utama, yaitu: melindungi dan mengobati Covid-19, mempersiapkan varian baru, mencegah terhentinya perekonomian dan pendidikan, dan terus memvaksinasi dunia.

Namun, rencana itu nyaris serupa dengan rencana pemerintah AS pada tahun lalu, di mana diperlukannya penerapan itu memerlukan tindakan dari kongres. Sedangkan, beberapa inisiatis rencana mendorong negara bagian dan lokan menggunakan sisa dana dari Rencana Penyelamatan Amerka, sebagian besarnya memerlukan dana baru.

Sementara, National Institute of Allergy and Infectious Diseases AS (NIAID) juga turut dalam rencana pemerintah AS tersebut. Mengutip dari laman resminya, NIAID memfokuskan upaya penelitian pada dua bidang, yakni patogen pratotipe dan patogen prioritas.

Patogen pratotipe adalah virus yang berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia. Sedangkan, patogen prioritas ialah virus yang sudah diketahui telah menyebabkan penyakit dan kematian terhadap manusia.

NIAID akan menerapkan pengetahuan untuk melakukan penelitian untuk mengembangkan diagnostik berupa terapi, termasuk antivirus, antobodi monoklonal, dan pendekatan spektrum luas, serta vaksin. Upaya kesiapsiagaan komprehensif dari NIAID ini mencakup program epidemiolohi dan penemuan patogen baru, kapasitas infrastruktur pra-klinis dan klinis, peningkatan teknologi untuk mempercepat pengembangan terapi dan vaksin, serta struktur komunikasi yang kuat dan terkoordinasi sesuai dengan rencana yang dipersiapkan.

Belum lama ini juga, bos Microsoft, Bill Gates menelurkan sebuah buku berjudul “How To Prevent The Next Pandemic“. Buku itu memberikan 3 tahap rencana mencegah pandemi di masa mendatang.

  1. Terus meningkatkan sistem kesehatan, termasuk di negara berkembang,
  2. Membangun kapasitas surveilans patogen global sehingga dapat menerapkan sumber daya dengan cepat, dan
  3. Melanjutkan inovasi di seluruh diagnostik, terapi, dan vaksin.

Menurut Bill Gates, dunia mulai mengerti betapa seriusnya menangani pandemi.

“Tidak ada yang perlu diyakinkan bahwa penyakit menular dapat membunuh jutaan orang atau mematikan ekonomi global. Jadi, kita membuat pilihan dan investasi yang tepat, kita bisa menjadikan Covid-19 sebagai pandemi terakhir,” tulisnya di blog Gates Notes.

Dalam blognya itu juga, Bill menyebut, negara-negara kaya mengurangi dana untuk penelitian dan pengembangan, dan sebagian besar pemerintah gagal memperkuat sistem kesehatannya.

“Dunia tidak perlu hidup dalam ketakutan akan pandemi berikutnya. Jika kita melakukan investasi penting yang menguntungkan semua orang, Covid-19 bisa menjadi pandemi terakhir yang pernah ada,” tambah Bill Gates.

Majalah Times, pada Mei 2021, telah meluncurkan cetak biru untuk mencegah pandemi lainnya. Cetak biru adalah hasil dari survei terhadap 73 ahli tentang cara mengurangi krisis kesehatan di masa depan. Dalam bluprint tersebut, inisiatif yang lebih sulit dicapai padahal harus menjadi prioritas utama ialah memperluas akses perawatan kesehatan, pendistribusian vaksin secara adil, dan mengatasi ketidaksetaraan yang telah memperburuk korban Covid-19 bagi populasi yang rentan.

Berulang kali, Oxfam mengemukan persoalan yang dibahas dalam cetak biru majalah Times tersebut. Kamis lalu, (5/5/2022), Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah korban meninggal terkait secara langsung atau tidak langsung dengan pandemi Covid-19 antara 1 Januari 2022 hingga 31 Desember 2021 sekitar 14,9 juta jiwa. Negara berpenghasilan menengah menyumbah 81 persen dari total kematian tersebut.