Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Iklan Susu Formula Makin ‘Menyesatkan’, Banyak Klaim yang Terbukti Tak Ilmiah

Redaksi
×

Iklan Susu Formula Makin ‘Menyesatkan’, Banyak Klaim yang Terbukti Tak Ilmiah

Sebarkan artikel ini

Pemasaran susu formula yang meluas menghalangi ibu untuk menyusui secara eksklusif seperti yang direkomendasikan oleh WHO.

BARISAN.CO – Perusahaan susu formula makin gencar gaet influencer untuk membuat konten demi dongkrak penjualan. Menurut temuan WHO, konten-konten industri ini telah sedikit demi sedikit menanamkan kesadaran yang ‘salah’ bahwa susu formula lebih baik dibanding air susu ibu (ASI).

Industri susu formula global bernilai sekitar US$55 miliar. Dilihat dari konten-konten pemasarannya di media sosial, dapat diasumsikan bahwa ibu baru adalah salah satu sasaran terbesar dari industri ini.

Laporan WHO tahun 2022 berjudul “Scope and impact of digital marketing strategies for promoting breast-milk subtitutes” telah menguraikan teknik pemasaran digital yang dirancang untuk memengaruhi keputusan yang diambil keluarga baru tentang cara memberi makan bayi mereka.

Melalui alat seperti aplikasi, influencer bayaran, promosi, kompetisi, serta forum kritik dan saran, perusahaan mengumpulkan informasi pribadi dan mengirimkan promosi yang dipersonalisasi kepada ibu menyusui maupun ibu hamil.

Laporan tersebut didapat dari analisis empat juta unggahan media sosial tentang pemberian makan bayi yang dikumpulkan antara Januari dan Juni 2021 menggunakan platform mendengarkan sosial komersial. Postingan ini mencapai 2,47 miliar orang dan menghasilkan lebih dari 12 juta suka, bagikan, atau komentar.

Perusahaan susu formula memposting konten di akun media sosial mereka sekitar 90 kali per hari, mencapai 229 juta pengguna atau tiga kali lebih banyak orang yang dijangkau oleh postingan informasi tentang menyusui dari akun non-komersial.

Pemasaran yang meluas ini meningkatkan pembelian pengganti ASI dan karena itu menghalangi ibu untuk menyusui secara eksklusif seperti yang direkomendasikan oleh WHO.

“Promosi susu formula komersial seharusnya dihentikan beberapa dekade yang lalu,” kata Dr Francesco Branca, Direktur departemen Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO.

“Fakta bahwa perusahaan susu formula sekarang menggunakan teknik pemasaran yang lebih kuat dan berbahaya untuk meningkatkan penjualan mereka tidak dapat dimaafkan dan harus dihentikan,” lanjutnya.

Laporan tersebut mengumpulkan bukti dari survei, dengar pendapat, serta penelitian di masing-masing negara yang memantau promosi pengganti ASI. Selain itu ada pula studi pengalaman ibu tentang pemasaran susu formula.

Studi menunjukkan, bagaimana pemasaran yang menyesatkan memperkuat mitos tentang menyusui dan ASI serta merusak kepercayaan diri perempuan terhadap kemampuan mereka untuk berhasil menyusui.

Terlepas dari bukti yang jelas, pemberian ASI eksklusif dan berkelanjutan merupakan penentu utama peningkatan kesehatan seumur hidup bagi anak-anak, perempuan dan masyarakat. Terlalu sedikit anak yang disusui seperti yang direkomendasikan.

Jika strategi pemasaran seperti ini berlanjut, proporsi ibu menyusui dapat semakin turun. Itu artinya laba perusahaan susu formula meningkat.

WHO telah meminta industri makanan bayi untuk mengakhiri pemasaran susu formula yang eksploitatif.

Di sisi lain, WHO juga mendesak pemerintah untuk melindungi anak-anak dan keluarga baru dengan memberlakukan, memantau, dan menegakkan undang-undang untuk menghentikan semua iklan atau promosi produk susu formula lainnya.

Klaim Susu Formula Kurang Bukti Ilmiah

Di tengah kecaman iklan susu formula, sebuah survei internasional yang diunggah BMJ menemukan, sebagian besar klaim kesehatan dan nutrisi pada produk susu formula tampaknya tidak didukung bukti ilmiah yang cukup.

Dari hasil evaluasi para peneliti, ditemukan sebanyak 608 produk yang di dalam kontennya menyisipkan satu atau lebih klaim ‘kurang benar’.

Jenis klaim yang paling umum ialah susu formula membantu/mendukung perkembangan otak, mata, dan sistem saraf (53% produk, 13 bahan); memperkuat/mendukung sistem kekebaan tubuh yang sehat (39% produk, 12 bahan); dan membantu/mendukung pertumbuhan dan perkembangan (37%, 20 bahan).